To Matempo: Ketika Budaya Menjadi Buaya

OPINI, SABDATA.ID – Frasa To Matempo dalam Bahasa Bugis artinya orang yang sombong. Orang tua-tua di kampung sering menasihati anak-anaknya dengan petuah seperti ini; Aja' mukajello'-jello, nasaba iyatu pajjello'e mabbettuangngi ri alemu. Seuwani lao ri olo, natellui majjello' ri waromu.

Artinya, “Jangan sembarang menunjuk, karena sesungguhnya telunjuk itu menjelaskan siapa dirimu. Satu jari menunjuk ke depan dan tiga mengarah ke dadamu”.
 
Kata tempo, firaunis dan iblisiyah memiliki makna yang sama. Semuanya merujuk kepada perilaku manusia sombong. Makna sombong itu sendiri ialah sikap mengingkari kebenaran dan merasa hebat dibanding orang lain.

Dalam riwayat penciptaan Nabi Adam Alaihissalam, Al-Quran menyebutkan sikap kesombongan iblis laknatullah yang mengagungkan dirinya tercipta dari api. Iblis tidak rida bersujud menghormat Nabi Adam yang diciptakan dari tanah lempung.
 
Iblis telah menjelaskan kerendahan martabat dirinya. Dia "menunjuk" Nabi Adam sebagai ciptaan yang rendah derajatnya. Sementara  "tiga jari lainnya" mengarah ke dadanya sebagai penanda dirinya adalah makhluk yang paling sombong atau takabur di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala (Abaa wastakbara wakaana minalkaafiriin).

Ikonik Firaun mewakili sifat dan perilaku iblis di atas bumi. Di belahan dunia mana pun juga, apabila kata Firaun diucapkan, semua orang tahu bahwa itu adalah simbolisme citra manusia yang tidak baik. Tipikal manusia sombong yang menuhankan dirinya.

 
Sifat Firaun, iblis dan to matempo amat dekat dengan diksi budaya. Saya mencoba menimbang-nimbang, ternyata diksi budaya itu sangat rawan menjadi sesuatu yang amat menakutkan. Jika budaya kehilangan huruf "d", maka ia menjadi buaya. 
 
Tiba-tiba saya bergidik. Ada bayangan menakutkan di alam imaji. Bayangan seekor buaya berkolusi dengan Firaun dan iblis untuk mencabik-cabik budaya Sipakatau (saling memanusiakan sesama manusia). Identitas kemanusiaan kita terancam oleh tipu daya orang-orang sombong. Mereka menghadang di semua lini kehidupan.
 
Karena itu, kita semua khususnya para pemangku budaya leluhur, haruslah memelihara tenggang rasa. Jaga telunjuk baik-baik. Ingatlah, Firaun memiliki kekuasaan telunjuk yang sangat besar. Namun, telunjuk yang ditunggangi oleh karakter buaya dan sifat iblis itulah menjadikan dirinya To Matempo. Dan akhirnya, ia pun tenggelam ke dasar lautan. Wallahu a'lam.








Penulis: Mahrus Andis
Editor: Rika Arlianti DM

Posting Komentar

0 Komentar