Menuai Pelajaran dari Dampak Tambang Batubara: Sebuah Seruan untuk Kesadaran Kolektif

SAMARINDA, SABDATA.ID – Dampak pertambangan batubara di Kalimantan Timur tak bisa lagi diabaikan. Sebagai salah satu daerah yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari tambang ini, faktanya justru wilayah kita yang terkadang paling merasakan dampaknya secara langsung—baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.

Kita semua tahu bahwa aktivitas pertambangan memang membawa manfaat ekonomi yang besar. Pendapatan nasional dan pendapatan daerah memang bertambah berkat hasil tambang batubara.

Namun, apa yang kita nikmati hari ini seakan tidak seimbang dengan kerusakan yang terjadi di sekitar kita.

Lubang tambang yang menganga tanpa penanganan yang memadai, misalnya, menjadi ancaman nyata bagi masyarakat. Lubang-lubang ini bisa bertahun-tahun menganga, bahkan menyimpan potensi bahaya seperti zat berbahaya yang bisa mengganggu kesehatan dan kehidupan manusia.

Lebih dari itu, kegiatan pertambangan ini telah mengubah wajah alam dan kehidupan masyarakat adat serta masyarakat lokal.

Luas konsesi tambang yang mencapai ratusan ribu hektar di seluruh Kalimantan Timur, bahkan lebih dari 40% dari luas daratan provinsi ini, menjadi bukti nyata bahwa alam kita dikangkangi oleh izin-izin yang seringkali diberikan tanpa cukup memperhatikan keberlanjutan dan keberlangsungan ekosistem. 

Tidak jarang, izin-izin ini diberikan tanpa proses yang transparan dan tanpa memperhitungkan dampak sosial dan ekonomi jangka panjang sehingga warga sekitar kehilangan hak atas tanah dan sumber kehidupan mereka.

Kita harus memahami bahwa kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas tambang tidak hanya berpengaruh secara langsung pada ekosistem, tetapi juga pada manusia.

Banyak kejadian nyata, seperti munculnya lubang besar di tanah yang menyebabkan banjir, pencemaran sungai, serta munculnya hewan-hewan liar yang tidak biasa di sekitar jalan raya karena habitat mereka terganggu. 

Bahkan, ada berita tentang munculnya monyet yang masuk ke permukiman manusia karena habitat mereka dirusak oleh aktivitas pertambangan.

Selain kerusakan lingkungan, ketimpangan ekonomi juga menjadi masalah besar. 

Pendapatan dari tambang sering kali dikontrol oleh segelintir orang. Sementara itu, banyak wilayah di Kalimantan Timur yang masih gelap gulita karena belum mendapatkan listrik.

Padahal, hasil batubara berasal dari tanah mereka, namun mereka memanfaatkan energi listrik dari luar daerah yang tentunya tidak merata dan tidak adil.

Banyak wilayah yang masih tergolong tertinggal dalam akses listrik, wahai kita semua, kira-kira apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat asli dari hasil tambang yang mereka sediakan?

Sisi lain yang perlu kita sadari adalah bahwa kegiatan pertambangan ini juga menjadi ladang bagi praktik illegal yang melibatkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab, termasuk aparat penegak hukum.

Ada fakta bahwa banyak jalan umum yang digunakan untuk mengangkut batu bara secara ilegal, melanggar aturan yang seharusnya diikuti, dan ini semua berlangsung karena ada keterlibatan pihak tertentu yang ingin mendapatkan keuntungan sepihak.

Kita pun tidak boleh lupa bahwa ada pilihan lain yang lebih berkelanjutan dan memberi manfaat jangka panjang.

Mengapa kita tidak membuka diri untuk mengembangkan sektor selain pertambangan, seperti pariwisata, pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan sumber daya alam dengan cara yang ramah lingkungan?

Di dunia ini, kekayaan alam tidak harus dielu-elukan sebagai sumber keuntungan sesaat, tetapi harus dilihat sebagai anugerah yang harus dipelihara demi keberlangsungan generasi mendatang.

Apa yang kita perlukan saat ini adalah kesadaran kolektif. Kita harus berani berdiskusi secara mendalam dan bermutu tentang keberadaan dan dampak tambang ini di daerah kita.


Perlu ada dialog yang melibatkan seluruh pihak—masyarakat, pemerintah, dan pengusaha—agar kita mampu membuat kebijakan yang lebih bijak dan mensejahterakan.

Diskusi seperti ini harus terus digalakkan, karena dengan pemahaman yang baik, kita bisa melakukan perubahan yang nyata.

Akhir kata, mari kita jadikan momen ini sebagai panggilan untuk meningkatkan kesadaran dan keberanian untuk melakukan perubahan.

Alam kita harus kita jaga, masyarakat harus kita sejahterakan, dan masa depan harus kita tata dengan hati-hati. Jangan biarkan kerusakan yang sudah terjadi semakin meluas. 

Mulailah dari diri sendiri, dari keluarga, dan dari komunitas kita. Saatnya kita bertindak dan bersatu untuk masa depan yang lebih baik.









Penulis: Muh. Taufiq

Posting Komentar

1 Komentar

Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun