Krisis Ruang Aman dan Nyaman di Negara Berpayung Hukum?

OPINI, SABDATA.ID – Ruang aman dan nyaman yang dimaksud adalah isu-isu sosial yang kemudian jarang dilirik oleh kebanyakan masyarakat.

Isu sosial pertama yang saya angkat adalah mengenai pelecehan dan kekerasan seksual. Penyintas kekerasan seksual itu tidak hanya sesama perempuan.

Laki-laki juga seharusnya menggunakan perannya untuk menghentikan terjadinya kekerasan seksual. Laki-laki juga bisa menjadi korban dan perempuan juga bisa menjadi pelaku.

Kenapa kita terlalu apatis dengan hal-hal seperti ini dan lebih meninggikan gengsi dan ego kita? Ini juga menjadi isu sosial yang perlu kita lirik. Menciptakan kenyamanan satu sama lain, menjaga keharmonisan satu sama lain.

Dan romantisme tidak hanya berbau sex yang ada di kepalamu.

Nafsu birahimu rawat sendiri saja tidak usah sampai di implementasi kan ke orang lain. Jangan menggaungkan kebebasan, karena kebebasan mu di batasi hak orang lain.

Kebanyakan pelaku yang kita temui memang adalah laki-laki tapi tidak kurang pelaku juga adalah perempuan.

Satu kasus yang ingin saya angkat yaitu kasus dimana perempuan menjadi pelaku. Kasus ini terjadi di Jambi pada tahun 2023 dan korban nya adalah 17 orang anak. Di antara 17 orang ini ada beberapa anak laki-laki. Artikel tersebut saya baca di website detik.com.

Baca juga: Opini, "Ada Apa Dengan Negara?" oleh: Salsabila 

Pernah saya lihat seorang perempuan di media sosialnya membahas kasus tersebut namun responnya yang kurang enak saya baca. Adalah perempuan tersebut hanya mengaggap hal tersebut lelucon dan tidak peduli bahwa korban adalah laki-laki.

Menurut saya mengapa ketika perempuan yang menjadi pelaku kita juga tidak sadar? Bahwa hal ini juga seharusnya kita angkat di setiap materi pelecehan seksual yang ada.

Menekankan juga bahwa Perempuan bisa jadi pelaku juga. Menurut saya sangat di sayangkan ketika berbicara mengenai keadilan dan kesetaraan tetapi kita masih apatis tentang kasus yang juga menimpa laki-laki.

Kemudian, kalimat yang biasa di lontarkan ketika laki-laki menjadi pelaku pelecehan seksual adalah.

Kenapa laki-laki ini tidak menikah saja? Menurut saya dari beberapa teman-teman yang saya dengarkan argumennya. Tuntutan menikah itu ada yang namanya adat dan budaya.

Tapi dari persoalan menikah, perlukah kita menyalahkan budaya dan adat yang ada? Kurasa ini hanya persoalan gengsi. Dimana sudah di tanamkan sejak dulu persoalan uang panai' yang terlalu tinggi sehingga memberatkan laki-laki. Apalagi adat bugis, dimana ada julukan yang namanya sirik na pacce.

Pikiran kotor mereka (pelaku) juga bisa timbul dari situ, dimana para laki-laki merasa tidak mampu memenuhi keinginan keluarga perempuan yang akhirnya dia memenuhi nafsu birahinya dengan secara paksa dan pada akhirnya menjadi pelaku. Apa yang akan di katakan orang lain? Tentu mereka akan berkata, makanya kerja keras.

Kalau di lihat dari pekerjaan yang ada pun terkadang ada kecurangan di era pekerja sekarang yaitu dimana gaji para pekerja itu tidak sesuai dengan UMR yang ada, Ini adalah termasuk eksploitasi buruh (tenaga kerja).

Ini juga adalah isu sosial yang akan saya bahas dalam opini saya. Ada beberapa perusahaan yang menggaji perusahaan-nya tidak sesuai UMR yang ada dengan alasan bahwa perusahaan tersebut belum masuk ke disnaker.

Bukankah perusahaan tersebut akan termasuk perusahaan yang ilegal? Lalu itu akan diterima mentah-mentah oleh karyawan yang kurang paham tentang ketetapan yang ada. Atau bisa jadi mereka hanya menerima karena tuntutan kehidupan yang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam undang-undang pun sudah jelas mengatur perlindungan terhadap tenaga kerja (buruh). Namun karena kekuasaan lagi-lagi tidak ada yang berani untuk melaporkan kerugian yang mereka alami.

Belum lagi mengenai jam kerja yang terkadang melewati jam kerja yang sudah di tetapkan (lembur) dan tidak mendapatkan bonus yang seharusnya menjadi hak para tenaga kerja.

Opini ini saya tulis dari referensi membaca, diskusi dan kisah dari teman-teman saya. 






Penulis: Andi Nur Salsabila

Posting Komentar

1 Komentar

Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun