Puisi, "Arsip Kuno" Oleh: Rika Arlianti DM
Terbit tenggelam menuju puncak pendakian. Bisu meramu, mengetuk keyakinan. Di belantara terjebak labirin kesunyian. Seperti dipermainkan kenyataan atau aku yang keliru pemaknaan.
*
Mendulang rindu tapi kutakut Kau hilang dari sanubari. Lalu secangkir puisi mengigil di beranda sebab takut mati. Ampas kenangan menyeruak hingga ke jalan yang selalu kita lewati–dulu. Dan faktanya, sebatas muslihat berjubah rona merah yang menipu.
**
Bagaimana AKU harus KAU? Sedang segala hal yang kusukai adalah hal-hal yang tidak kau gemari. Kupu-kupu umpama. Tapi tak mengapa. Setidaknya cahaya kasih sempat berbinar menerangi relung dada, walau sekilas dan berakhir linangan air mata.
Di balik jendela, ingin kuteriakkan rindu yang terus menderu dan memburu. Mengusik tidur yang gagal terlelap sampai lamunan menerka rencana-Mu.
Barangkali merah jambu atau rona merah, dan apa pun namanya telah menjadi arsip kuno yang usang. Kadang-kadang seperti dahaga yang ingin dipuaskan, tapi rasa tak bisa kupertuhankan. Karena kuyakin ceritanya sama saja, kan berakhir dengan perseteruan.
–Bulukumba, 20 April 2022
Penulis: Rika Arlianti DM
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun