LDK Al-Jami' UINAM adakan kajian for campus, Pemateri :Keragaman dalam beragama suatu hal pasti

LDK Al-Jami' UINAM adakan kajian for campus, Pemateri :Keragaman dalam beragama suatu hal pasti

Bulukumba, Sabdata - Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa berbasis dakwah UIN Alauddin Makassar, Lembaga dakwah kampus (LDK) Al-jami mengadakan kajian for Campus via Daring (Zoom), Kamis, 31/12/2020.

Kajian menjadi salah satu bentuk kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap organisasi mahasiswa sebagai media untuk menjaga nalar merawat keilmuan. 

Sehingga tak heran bila dikatakan pula soal kajian bahwa sudah menjadi hal biasa bahkan wajib ada disetiap organisasi, selain untuk penalaran juga sebagai bentuk eksistensi suatu organisasi tersebut. 

Oleh sebab itu, UKM LDK Al-jami' UIN Alauddin Makassar menggelar kajian rutin for kampus sebagai bentuk usaha menjaga nalar merawat keilmuan bagi mahasiswa kampus lebih terkhusus para kadernya. 

Dalam kesempatan kajian tersebut mengusung tema "merawat ke-bhinekaan dan memperkokoh Islam Wasatiyah dalam kerangka NKRI" yang dibawakan oleh pemateri, Dr. Abd. Syatar, LC., M.HI. yang sekaligus sebagai dosen pada fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar. 

Kajian tersebut berlangsung mulai ba'da Asar hingga menjelang Magrib. 

Pada saat kajian, Pemateri menjelaskan bahwa istilah Islam Wasatiyah bukan istilah baru, istilah wasatiyah ini sudah sering disinggung dalam al-qur'an maupun hadis nabi. 

"Islam yang berkonsep Wasatiyah ini, terutama dalam Al-qur'an, hadist itu sdah banyak disinggung", pungkas Pemateri dalam pemaparan materinya. 

Dr. Abd. Syatar juga memberi keterangan bahwa pada dasarnya konsep Wasatiyah dalam Islam sejatinya sudah ada sejak zaman nabi namun Istilah Islam wasatiyah ini baru dipopulerkan belakangan ini. 

"Jika kita artikan secara bahasa, Wasatiyah berarti pertengahan (moderat), makanya seorang moderator jika tak mampu menengahi suatu kajian maka ia tidak moderat. Jadi intinya moderat posisinya berada di tengah-tengah, dia tidak kekiri dan tidak pula kekanan", lanjutnya. 

Orang yang moderat adalah orang mengambil jalan tengah. Dalam konteks di negara kita yang dikenal sebagai negara majemuk atau negara yang mengayomi banyak sekali suku dan berbagai agama dan lain-lain sebagainya dimana sikap moderat sangat diperlukan untuk merawat ke-bhinekaan terutama moderat dalam hal beragama.  

"Perbedaan adalah rahmat dan sekaligus sebagai fitrah manusia. Jika tidak berbeda maka hidup ini tidak lagi menarik", jelas singkat dari dosen Fakultas Syariah dan Hukum UINAM. 

Soal perbedaan sebagai rahmat yang disebut di atas sesuai dalam qur'an surah Al-hujurat ayat 13 tentang fitrah perbedaan manusia dalam penciptaannya.  

Menurutnya Abd. Syatar, bahwa keberagaman dalam beragama menjadi hal yang pasti ada disetiap negara termasuk di negara kita NKRI. Allah SWT menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia saling mengenal (lita'arafuw). 

Hal di atas sesuai dalam qur'an surah Alhujurat ayat 13 tentang fitrah perbedaan manusia, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." 

Posting Komentar

0 Komentar