Cerpen, "Secarik Kertas" oleh: Abdullah

Cerpen, "Secarik Kertas" oleh: Abdullah
Terlihat seorang pengusaha besar menyesali sikapnya kepada lelaki paruh baya itu, ia pun meminta maaf padanya dengan penuh penyesalan atas sikapnya. Kini pengusaha itu yang tadinya memiliki sikap angkuh dan suka merendahkan orang lain, saat ini telah menjadi sosok yang bijaksana. 

Begitu pun bapak tua usia kepala lima, keterbatasannya tidak menghalangi dirinya untuk terus berusaha. Dirinya yang bertongkat saat berjalan berubah nasib. Dahulunya memiliki kehidupan terpuruk kini hidup bercukupan. Ia dapatkan hal tersebut karena usaha dan keikhlasannyalah yang mengantarkan dirinya pada suatu keberuntungan yang tidak ia duga.

Cerita di mulai dari tatapan penuh harap lelaki paruh payah terlihat jelas dari raut wajahnya. Harapnya dagangan kecil yang ia bawa kesana kemari laku terjual dari pengunjung yang sedang berlalu lalang. Lelaki itu bernama pak Taro Salah satu warga desa Nipa kota Gusung.

Pak Taro memiliki keterbatasan fisik yang cukup serius, kaki sebelah kanannya lumpuh sehingga mengharuskan ia memakai tongkat untuk berjalan. Malangnya lagi, ia hidup sebatang kara, semua keluarganya entah kemana. Ia harus mandiri tanpa menyusahkan orang sekitarnya termasuk dalam hal pekerjaan yang ia keluti.

Namun suatu keberuntungan, desa yang ia tempati memiliki tempat wisata air terjun yang cukup terkenal untuk skala kota, seluruh masyakat kota, pasti mengetahui tempat air terjun tersebut sehingga tidak heran destinasi itu seringkali ramai pengunjung berdatangan. Pengunjung yang datang bukan hanya karena menikmati air terjunnya namun menikmati puka suasana alam sekitar.

Untuk menghidupi kebutuhan sehari-harinya, pak Taro tentu tidak tinggal diam. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain dan tidak berharap kasih pada orang-orang sekitarnya. Pak Taro merupakan sosok yang punya jiwa pekerja dan pantang putus asa meski ia sadari keadaannya saat itu begitu berat ia hadapi bahkan boleh disebut dalam keadaan terpuruk.

Pak Taro yang punya wajah putih bersih dengan sedikit kerutan lantaran usianya sudah menginjak 50 tahunan. Namun diusianya tersebut dan kondisinya yang terlihat terpuruk tidak menurunkan semangatnya dalam menjalani hidup. Ia yakin bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi alasan untuk berhenti berusaha.

Sebagai wujud jiwa pekerja, pak Taro rela bekerja apa saja asalkan itu halal dan ia tidak segan serta malu untuk melakukan suatu pekerjaan. Saat itu, melihat potensi desanya yang memiliki tempat wisata dan banyak pengunjung. Ia pun memanfaatkan hal tersebut dengan bekerja sebagai penjual kecil-kecilan. 

Suatu hari, pak Taro seperti biasanya menjajakan dagangan yang tidak begitu banyak, dagangannya hanya sekotak wadah kecil yang berisi beberapa bungkus rokok, makanan ringan dan beberapa gelas minuman.

Sambil menenteng barang dagangannya dengan mengikat bagian samping kanan-kiri wadah dagangan dan mengaitkannya pada bagian lehernya, pak Taro berkeliling sekitaran tempat pengunjung sembari sesekali berteriak menawarkan barangnya itu. Suaranya tidak begitu lantang, maklum karena usianya. Namun cukup untuk membuat perhatian para pengunjung di dekatnya.

Pada awalnya, pak Taro cukup kesulitan menjalani pekerjaan itu lantaran saat berjalan ia harus memakai tongkat. Dengan perhatian penuh dan kehati-hatiannya, ia berusaha keras menyeimbangkan posisi dagangan yang ia kaitkan di lehernya. Berjalan agar barang dagangannya itu tidak terjatuh. Namun seiring waktu berlalu, ia pun terbiasa menyeimbangkan posisi dagangannya itu.

Suatu ketika, seperti biasanya pak Taro menjajakan jualannya di tempat sekitaran wisata. Tak disangka, tiba-tiba dihadapannya terlihat dompet yang tergeletak tanpa ada yang memperhatikan. Tak pikir panjang, ia pun mengambilnya dan memberi tahu kepada orang-orang sekitar tentang kepemilikan dompet tersebut namun tidak ada satupun yang mengakui.

Setelah menanyai banyak orang disekitarnya dan mereka semuanya tidak mengakui barang itu, ia pun dengan sedikit keraguan menyimpan dompet itu dibalik dagangannya dengan niat barangkali sebentar ia temukan orang yang sedang mencari sesuatu dan pak Taro berpikir dialah pemiliknya.

Berselang beberapa jam kemudian, langit berwarna biru kini telah menampakkan warna jingganya, menunjukkan tak lama lagi perpindahan dari cerahnya hari ke gelapnya malam. Pak Taro saat itu tidak melihat satupun seseorang yang sedang mencari sesuatu di tempat tersebut dan akhirnya Pak Taro bergegas ke rumahnya. 

"Mungkin besok saya temukan pemilik dompet itu." terang suara hati pak Taro yang sampai saat itu belum menemukan pemilik dompet yang ia temukan. Ia berpikir, barangkali besok ia temukan pemiliknya.

Sesampainya ke rumah, pak Taro menghitung hasil barang dagangan yang laku dan mengeluarkan dompet yang ia temukan tadi. Awalnya pak Taro enggan untuk membuka dompet itu dan akhirnya membukanya dengan niat melihat tanda pengenal si pemilik barang itu.

Saat membukanya, ternyata dalam dompet itu hanya terdapat kartu tanda pengenal si pemilik. Pak Taro pun mengambil dan membaca Kartu pengenal tersebut. Setelah membaca, alangkah terkejutnya ia, rupanya dompet itu milik dari pengusaha besar di kotanya itu. Bahkan ngerinya, pengusaha itu terkenal dengan sifat keangkuhannya dan tidak punya belas kasih. Pengusaha itu bernama Randi.

Randi adalah seorang anak muda yang usianya baru menginjak 30 tahun sekaligus ia merupakan seorang pengusaha besar di beberapa bidang termasuk bidang kopi. Telah banyak orang yang ia pekerjakan di kota itu bahkan bila dihitung ia memiliki ribuan pegawai. Dan tentu ia punya kekayaan berlimpah. Namun sayangnya, dibalik kesuksesan tersebut ia punya kebiasaan buruk yakni suka merendahkan orang lain dan bersikap sewenang-wenang.

Beberapa hari yang lalu, Randi sempatkan diri berkunjung ke tempat wisata di desa Nipa. Tempat dimana pak Taro mencari sesuap nasi. Pada saat berlibur ke tempat tersebut ia tanpa sengaja ia menjatuhkan dompetnya di tengah keramaian pengunjung. Dan ia pun tidak merasakan kejatuhan itu karena pada saat itu ia fokus melirik handphone digenggamannya. Dompet inilah yang pada akhirnya ditemukan oleh pak Taro. 

Namun, rupanya dompet yang didapatkan pak Taro, sebelumnya telah didapatkan oleh orang lain, artinya, pak Taro adalah penemu kedua dompet itu. Dan celakanya, orang pertama meletakkan kembali dompet temuannya itu setelah ia ambil semua uang dan beberapa kartu ATM tanpa menyisakan isi dompet kecuali kartu pengenal.

Dari dompet yang kembali tercecer itu pada akhirnya ditemukan oleh pak Taro. Hanya berselang sehari barang yang kehilangan tersebut. Si pemilik dompet akhirnya menemukannya. Tentu yang membawakan dompet tersebut adalah pak Taro ke rumah si pemilik. Pemilik pun berterima kasih kepada pak Taro. 

Namun setelah melihat isi dompetnya itu. Rupanya isinya telah hilang semuanya, hanya menyisakan tanda pengenal dirinya. Randi pun membalik ke pak Taro lalu menanyainya "wah, apa-apaan ini! Semua isi dompet saya hilang, Bapak yang ambil ya?" terang si Randi pemilik dompet yang berubah sikap menjadi geram.

"Maaf tuan, saya temukan dompet tuan sudah dalam keadaannya seperti itu" pungkas pak Taro dengan wajah cemasnya lantaran dituduh. Si Randi pun tidak begitu cepat percaya pada pak Taro. Ia pun meminta ajudannya memeriksa seluruh badan pak Taro dan menggeledah isi rumahnya.

Pada akhirnya ajudan si Randi tidak menemukan apapun. Randi pun percaya bahwa pak Taro bukanlah orang yang mengambil isi dompet tersebut. Diketahui Randi bersih keras mencari isi dompet itu karena isinya juta terdapat secarik kertas yang tertulis kode-kode penting, celakanya lagi, ia tidak menyalin kode-kode tersebut. Olehnya itu kertas tersebut teramat penting baginya. Bagi Randi, uang dalam dompet tidak menjadi masalah bila tak dikembalikan namun secarik kertas itulah bagi Randi sangat berharga.

Akhirnya, Setelah beberapa hari kemudian, Pengusaha tersebut ditemui oleh seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun. Nampak dari bocah tersebut berpakaian lusuh dan terlihat tidak mengenakan pengalas kaki. Saat itu, bocah mengetuk pintu rumah si Randi dan si pemilik rumah pun membukakan pintu lalu terlihat bocah lusuh di hadapannya. 

Langsung saja bocah berkata, "Nama om, Randi ya?" tanya si bocah, "iya dek betul, saya Randi!" jawab si tuan rumah dengan raut wajah kebingungan. Setelah mengetahui, bocah tersebut tiba-tiba memberi Randi secarik kertas yang ia cari selama beberapa hari hingga saat itu dan akhirnya ia temukan melalui bocah tersebut.

"Wah, apa ini?" tanya si Randi saat diberikan secarik kertas itu. Bocah itu hanya diam membisu, dan setelah membaca sejenak isi kertas itu, Randi pun mengetahui bahwa kertas itu adalah barang yang ia cari selama beberapa hari belakangan. Ia pun berterima kasih kepada bocah tersebut dan memberi sedikit uang jajan. Bocah itupun pergi dengan senang hati. Lalu Randi kembali masuk ke rumahnya.

Saat itu Randi sangat senang dapatkan kembali kertas itu bahkan saking senangnya, ia tidak mempertanyakan kembali pada bocah yang tadi tentang dimana ia dapatkan kertas itu. Rupanya, kode yang tercatat di atas kertas itu adalah kode brangkas yang isinya berkas legalitas investasinya. 

Lanjut ke pak Taro yang saat itu kembali di kehidupan seperti biasanya. Setelah memberikan dompet yang ia temukan pada pemiliknya, ia dengan lega hati karena telah menemukan si pemiliknya. Meskipun, pada saat itu sempat dituduh mengambil isi dompet yang sempat hilang namun ia tetap senang dapat membantu orang lain dan ia ikhlas melakukannya.

Seperti biasanya, pada siang hari diwaktu libur, pak Taro menjajakan barang dagangannya sekitaran tempat wisata, ia berdagang dengan gaya khas-nya. Dirinya sesekali teriak namun tidak begitu lantang, teriakannya menawarkan barang dagangannya itu ke pengunjung. Lalu tiba-tiba datang si Randi menemuinya, ia langsung meminta maaf pada pak Taro.

"Halo pak, saya Randi pemilik dompet yang kemarin bapak kembalikan." terangnya saat berhadapan langsung dengan pak Taro. "Oh iya, kenapa tuan kesini?" tanya pak Taro dengan sedikit kebingunan. "Saya datang kesini, ingin meminta maaf kepada bapak, karena saat itu saya menuduh bapak soal isi dompet saya yang hilang" pungkas si Randi dengan nada rendah dan kerut wajah memohon.

Pak Taro pun, tidak begitu ambil hati soal kejadian tersebut pada saat itu, ia pun berkata pada si Randi, "Ah, sudahlah tuan, saya sudah maafkan tuan, lagian pula sudah sewajarkan tuan bersikap demikian karena saya yakin barang yang hilang itu begitu penting bagi tuan," tutur pak Taro yang sedang memaklumi si Randi.

"Jadi wajarlah sekiranya tuan cemas dan bersikap seperti itu." lanjut pak Taro kepada si Randi yang baru saja menyesali sikapnya kepada lelaki paruh baya itu. Si Randi pun mengucapkan terima kasih dan memberi segepok uang sekitar 50 juta. Uang itu lebih dari cukup untuk membuka usaha toko di rumahnya.

"Terima kasih pak ya, telah dimaafkan," ucap si Randi dengan perasaan haru. "Oh iya pak, ini ada sedikit uang untuk bapak." sambil meraih tangan pak Taro dan memberi segepok uang tersebut. "Ya, mudah-mudahan cukup untuk bapak." lanjut perkataan dari si Randi.

Pak Taro pun sedikit kaget bercampur bahagia lantaran diberikan uang sebanyak itu. "Wah, tuan ini uangnya banyak sekali," terang si pak Taro dengan nada gemetar. Si Randi pun berkata, "ini buat bapak sebagai tanda terima kasih saya, mohon diterima pak ya." pak Taro pun menerimanya dan kembali berterima kasih pada si Randi lalu ia bersujud syukur. 


Akhirnya, kedua orang tersebut berpisah. Si Randi yang tadinya bersikap sombong dan mudah menyalahkan orang lain kini menjadi sosok yang bijaksana dalam menyikapi sesuatu begitu halnya dengan pak Taro, yang tadinya hanya seorang pedagang kecil, kini ia memiliki toko kecil yang ia bangun dari uang pemberian si Randi.

Cerita ini mengajarkan kita beberapa hal, pertama mengajarkan kita bahwa kehidupan itu laksana roda yang berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Bukanya hanya perubahan keadaan ekonomi namun kadang pula sikap kita bisa berubah yang tadinya pemarah bisa saja di kemudian hari bersikap peramah.


Kedua, cerita ini memberi pelajaran bahwa sejatinya hati seseorang bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan atau lingkungan yang ia hadapi. Ketiga, teruslah berprasangka baik kepada siapapun. Karena kita tidak tahu betul latar belakang masing-masing orang. 
Yang terakhir dan pelajaran yang terpenting dari cerita ini bahwa apapun kondisi yang kita hadapi maka jalani dengan penuh semangat tanpa ada kata putus asa. Terus berusaha semaksimal mungkin agar apa yang diimpikan dapat terwujud. Termasuk berusaha meskipun punya keterbatasan fisik yang tidak memadai.

Selesai...  

Posting Komentar

0 Komentar