Meningkatnya Indeks HIV/AIDS di Bulukumba: Adat Panai Tinggi Ikut Andil?

OPINI, SABDATA.ID – Segala sesuatu dalam hal semua perbuatan pastinya punya latar belakang sebab dan akibat yang diperoleh pasca melakukan perbuatan tersebut. Inilah yang disebut sebagai hukum Kausalitas atau dalam bentuk pertanyaan, Apa dan Mengapa. 

Menanggapi peningkatan kasus Human Immunodeficiency Virus atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang terjadi di kabupaten Bulukumba (27/6) tentu tidak terlepas dari sebab-sebab mengapa kasus tersebut meningkat. 

Lalu apa dampak dan solusi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) beserta masyarakat Bulukumba menyikapi hal itu? 

Sebab Meningkatnya Kasus HIV/AIDS

Pada dasarnya, ada banyak faktor penyebab mengapa kasus ini ada dan meningkat di suatu daerah terkhusus pada kabupaten Bulukumba namun menurut penulis, setidaknya ada tiga hal yang melatar belakangi hal tersebut. 

1. Minimnya Pembinaan Ekonomi Menengah ke Bawah

Poin pertama, masalah ekonomi. Memang hal ini telah menjadi rahasia umum bahwa segala kejahatan terjadi memiliki sebab utama ialah faktor ekonomi si pelaku. 

Sama seperti halnya pada kasus penyebaran virus HIV/AIDS, disini para pelaku terpaksa melakukan profesi "PSK" (Pekerja Seks Komersial) ini tidak lain karena faktor ekonominya yang tidak stabil.

2. Kurangnya Pembinaan Anak Muda

Perbuatan terlarang kadang juga disebabkan karena ketidaktahuan (pemahaman) terkait apa dampak setelah melakukan suatu perbuatan terlarang itu. 

Pemahaman tentang bahaya diri sendiri dan orang lain seringkali tidak tersampaikan dengan baik kepada anak-anak Muda yang mayoritas sebagai subjek pada kasus ini. 

3. Adat Istiadat Panai yang Tinggi

Penulis mengatakan bahwa adat istiadat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dilakukan secara turun-temurun oleh kelompok masyarakat di suatu daerah.

Adat istiadat memang menjadi sarana mempererat kekeluargaan, musyawarah bahkan jika ditarik dalam tatanan bernegara bahwa sistem Demokrasi lahir dari adat istiadat yang disebut musyarakah.

Namun dibalik baiknya adat tersebut, secara khusus masih ada masyarakat yang salah memahami maksud dan tujuan kebiasaan adat panai tersebut.

Secara khusus pula dalam konteks peningkatan virus ini, penulis menyorot adat Panai yang terlalu tinggi juga ikut andil sebagai sebab pada kasus HIV/AIDS di Bulukumba. 

Tidak dapat dipungkiri, anak muda sebagai subjek pada kasus ini mayoritas ialah mereka yang belum berada di status Pernikahan dan menjadi korban dari pihak keluarga Perempuan yang memasang Panai yang begitu tinggi.

Sebelumnya, penulis menegaskan bahwa panai yang tinggi merupakan adat yang tidak salah bahkan dianjurkan namun disini penulis menegaskan pada poin konteks tujuan dari panai yakni melihat seberapa keras dan bertanggungjawabnya sosok calon mempelai Laki-laki. 

Panai yang tinggi menjadi alat pengukur bagi keluarga Perempuan untuk mengetahui seberapa keras dan bertanggungjawab si calon suami anak Perempuannya itu. 


Namun ketika adat Panai hanya dijadikan sebagai ajang berlomba-lomba untuk memamerkan kemeriahan acara Pernikahan dan melupakan esensi (kerja keras dan tanggungjawab si laki-laki) adanya panai maka inilah penulis sebut sebagai sebab tidak langsung terhadap meningkatnya virus mematikan ini. 

Akibatnya

1. Adanya HIV/AIDS

HIV/AIDS Pada umumnya menyerang sistem imunitas seseorang, imunitas berfungsi sebagai tameng untuk menghindari berbagai penyakit sehingga saat imunitas yang bermasalah maka lambat laun penyakit lain akan lebih mudah masuk dan akhirnya risiko paling tinggi ialah kematian. 

Sementara itu, karena penyakit ini termasuk golongan virus maka dapat sewaktu-waktu terus meningkat jika tidak dilakukan penanganan dini dan tepat. 

2. Hilangnya Moral Anak Muda

Akibat tidak langsung dari adanya virus HIV/AIDS ialah hilangnya moral anak muda yang dalam hal ini mengesampingkan soalan membahayakan diri sendiri dan orang lain. 

Mereka yang sering melakukan "gonta-ganti pasangan" sebagai salah satu sebab penyebaran virus tersebut, tidak memperhatikan bahaya diri sendiri dan orang lain. 

Apa Peran Pemerintah Daerah (das sollen) 

1. Meningkatkan Pemberdayaan Pasar Rakyat sebagai tempat Ekonomi Menengah Ke Bawah

Seperti yang dikutip sebelumnya terkait masalah ekonomi yang jadi sebab maka disinilah peranan Pemerintah Daerah (Pemda) turun langsung dan melakukan Pemberdayaan pasar rakyat sebagai tempat wahana peningkatan perekonomian daerah. 

2. Pengawasan Ketat Pelaku Usaha Destinasi Wisata

Pemerintah setempat membentuk sebuah tim khusus untuk melakukan pengawasan ketat pelaku usaha destinasi wisata.

Penulisnya menyebut, tempat destinasi wisata merupakan salah satu area "transaksi" virus tersebut sehingga tidak heran bahwa perlu melakukan pengawasan terhadap larangan pelaku usaha melakukan praktik mengakomodasi "transaksi" itu. 

3. Regulasi Pemberdayaan Pasar Rakyat sebagai Wadah Perekonomian

Pemerintah Daerah sebagai das Sollen (pembuat kebijakan normatif) dapat membuat aturan baru atau pembaharuan tentang Pemberdayaan Pasar Rakyat (Perda Bulukumba nomor 10 tahun 2015). 

Hal tersebut perlu dilakukan pembaharuan sebab kondisi pasar rakyat 5-10 tahun lalu berbeda dengan kondisi saat ini. 

Pasar rakyat sebagai tempat perkembangan perekonomian menengah kebawah menjadi penting dalam mengurangi secara tidak langsung indeks virus mematikan ini. 

Apa Peran Masyarakat (das sein) 

1. Pengawasan Partisipatif Penegakan Regulasi Pemda

Disinilah peranan masyarakat sebagai pihak partisipatif dalam melakukan pengawasan penegakan regulasi Pemda terkait usaha menghilangkan virus ini. 

Masyarakat dapat berperan aktif pada regulasi-regulasi Pemda sehingga cita-cita tujuan dalam Peraturan Daerah (Perda) tersebut dapat terlaksana dengan baik. 

2. Mendukung Program Pemberdayaan Anak Muda melalui Karang Taruna 

Tidak kalah penting peranan organisasi kepemudaan yakni Karang Taruna dalam hal pemberdayaan anak muda daerah. Karang Taruna sebagai basis gerakan-gerakan sosial melalui anak muda menjadi merupakan organisasi strategis pembinaan dan pemberdayaan anak muda daerah. 








Penulis: Abdullah (Penulis Buku Strategi Menulis Opini) 

Posting Komentar

0 Komentar