Sebuah Anugrah

PROSA, SABDATA.ID – Aku sadar bila mengenalmu adalah sebuah anugrah agung yang diberikan Tuhan kepadaku. Apalagi nantinya dapat memilikimu, tentu sungguh menjadi anugrah luar biasa yang wajib bagiku untuk menyukurinya.

Karena menurutku mengenal dirimu suatu keindahan yang semula tanpa aku pikirkan. Yang dengan indahnya Tuhan mempertemukanku kepadamu dengan meninggalkan rasa. Iya, rasa yang kini menjadi berkepanjangan mendag dig dugkan jiwaku. Rasa yang sulit ku tebak dan sulit aku utarakan walau dengan sebuah kata-kata.

Walau demikian aku senang nan bahagia dengan rasa ini. Hingga aku menjadi candu akan rasa ini dan tak mau kehilangan.
Hingga kadangkala, aku tersenyum malu bila aku mengingat-ingat hal ini. Apalagi bila melihat dirimu. Huh, rasanya ingin terbang.

Mungkin, aku ini sedang kasmaran akan dirimu, seorang makhluk Tuhan yang mendesirkan hatiku dan memaksaku untuk selalu ingat akan dirimu. Entah, mengapa hal ini aku rasakan, sebab hal ini menjadi kali pertama setelah ku bertemu denganmu. Aku mulai mencinta, merindu dan hari-hariku semakin indah.

Harapanku, semoga perjumpaan itu menjadi awal yang baik dan nantinya aku dan dirimu bisa bersama. Walau hal itu menjadi sebuah hayalan belaka. Namun, setelah bertemu denganmu aku berkeyakinan, bahwa dirimu adalah pelengkap sejarahku.

Meski, untuk saat ini aku belum berani mengutarakan kepadamu secara terus terang. Sebab aku masih saja, menyimpan rapat-rapat cinta ini. Agar tidak ada satupun yang tahu, selain aku dan Tuhanku.

Sejauh ini, Sudah

Sejauh ini, sudah berapa kali aku melangitkan namamu kepada Tuhanku. Aku pinta padaNya, agar aku dan dirimu bisa  berjumpa lagi, bisa bersama lagi, bisa bercerita lagi, namun aku harap dengan kala kita bertemu, suasananya yang lebih indah dan lebih mengena.

Yakni aku dan kamu halal satu sama lain, hingga tidak ada keraguan diantara kita, sebab kita sudah menjadi sepasang manusia yang saling menguatkan satu sama lain, yang saling melengkapi satu sama lain dan berjuang satu sama lain. Yakni menjadi sepasang kekasih yang salih mengasihi satu sama lain.

Sejujurnya aku telah tiada tahan dengan rindu ini  dan akupun sudah muak akan jarak pisah antara kita berdua, namun apa daya, waktu masih pelit terhadapku. Ia masih saja tak mau mempertemukanku kepadamu. Ingin rasanya aku lari menemui mu. Ingin mengutarakan rasa yang menimpaku tatkala aku jauh darimu.

Memang benar bila dikatan, seorang perindu akan terlunta-lunta bilamana tak kunjung bertemu akan kekasihnya. Dan kini, akulah yang menjadi seorang perindu tersebut. Aku terlunta-lunta jauh denganmu. Merasa kesepian, hati tak nyaman terbayang-bayang parasmu.

Kekasih, akankah kita bisa berjumpa lagi, ataukah kita akan dimakan waktu yang masih saja menyeka antara kau dan aku, ataukan aku menderita atas kehilanganmu. Aku harap pertemuanlah yang menjadi sepucuk harapanku, yang mana menjadi obat penawar rinduku akanmu, menjadi bahtera dan secercah cahaya kisah kasihku terhadapmu.

Dalam ruang rindu ini, aku tak henti-hentinya merapalkan namamu dalam jajaran doa-doaku, tak bosan-bosannya aku mengukir namamu dalam buku curhatanku dan menjadikan namamu dalam bait-bait puisiku.

Memang rindu itu berat, namun lebih berat lagi bila aku tak bertemu denganmu selamanya. Tak apalah bila sekarang aku merindumu, pisah jauh atasmu. Namun aku tak mau, jika hal itu menjadi berkepanjangan. Hingga aku tak lagi bertemu denganmu dan senyum manis itu hilang dari pandanganku selamanya. Itulah yang  aku takuti selama ini. Semoga hal itu tidak pernah terjadi padaku.

Baca juga: Puisi, "Ketidakjelasan Arahku" Oleh: Salsabila

Ratapanku bila jauh darimu, ku habis kan untuk mengirim doa yang terbaik untukmu. Agar kunjung dipertemukan. Sebab, aku mencoba merindu dalam doa. Agar rinduku lebih indah dan mengena. Agar ia akan abadi dengan doa-doa yang sering aku rapalkan. Dan rasa ini, menjadi rasa yang penuh akan keberkahan. Yang nanti bilamana bertemu denganmu membawa sejuta kebahagiaan. Indah, sejuk dan mengharukan.

Aku tahu hal ini berat bagiku dan juga bagimu. Kita sama-sama pisah, menahan kecamuk rindu yang mulai meronta-ronta. Kita berdua sepi satu sama lain. Tak lagi sapa satu sama lain. Sebab raga kita untuk saat ini pisah, namun tidak dengan hati kita.

Tenanglah kekasih, semoga hal ini lekas berakhir. Bila dikau rindu denganku maka yakinlah aku juga merindu denganmu.





Penulis: Rifki Yusak 

Posting Komentar

0 Komentar