Kebahagiaan Itu Dapat Engkau Ciptakan dalam Dirimu

OPINI, SABDATA.ID — Sejak dahulu para filsuf stoa mengingatkan bahwa perasaan kita tidak harus menjadi penumpang pasif yang dibawa dan ditentukan oleh kehidupan, artinya engkau dapat menentukan sendiri jalan hidupmu.

Menurutnya, jalan hidup yang ideal menuju kebahagiaan tentunya ada usaha peralihan pola pikir yang berasal dari kecemasan, kekhawatiran, persepsi, opini serta halusinasi berlebihan, hal itu disebabkan peristiwa eksternal (di luar kendali) maka alangkah baiknya jika peristiwa eksternal disikapi dengan secara positif. 

Di samping itu, Epictetus pernah berkata bahwa ada sesuatu di luar kendali manusia dan ada sesuatu di dalam kendali manusia. 

Adapun sesuatu di bawah kendali manusia, seperti pikiran, opini, persepsi, dan tindakan manusia itu sendiri. Sementara sesuatu di luar kendali manusia, seperti kekayaan, reputasi, kesehatan dan opini orang lain.

Maka para filsuf stoa juga mengingatkan kembali, jika emosi negatif senantiasa terpelihara tanpa ada usaha untuk disingkirkannya maka yang ada hanyalah ketidakbahagiaan dalam hidup manusia. Hal ini disebabkan oleh faktor pengelolaan pikiran akibat realitas yang semestinya masih bersifat abstrak/subjektif namun dianggap sebagai fakta objektif ke dalam pikiran.

Melihat peristiwa itu, maka filsuf stoa juga menyampaikan, jika seseorang dapat mengendalikan dan berfokus sesuatu di bawah kendalinya, maka sesungguhnya rasa damai dan tenteram selalu bisa ia ciptakan tanpa harus menunggu hidup memperlakukan dia dengan baik. 

Sementara, dalam konteks islam kita menjumpai anjuran untuk ikhtiar ketika ingin mencapai sesuatu. Ketika seseorang ingin mencapai sesuatu, tentunya ia butuh ikhtiar terlebih dahulu. Ikhtiar inilah berasal dari internal / di bawah kendali seseorang sehingga ia dapat melakukan segala upayanya.

Ada pun tawakal itu sendiri bersifat eksternal atau di luar kemampuan manusia untuk mewujudkan keberhasilan atas segala upayanya. Maka tugas manusia disini hanya menanti dan pasrah atas kehendak Tuhan.


Jadi filosof stoa mau pun ajaran islam terdapat selarasan dalam mengarungi kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, dimana manusia hanya bertugas mengarahkan sebaik mungkin apa yang ada di bawah kendalinya sendiri, dan bukan pada di luar kendalinya.











Penulis: Musakkir

Posting Komentar

0 Komentar