Di sinar rembulan layaknya sinar purnama yang indah
Kerlip bintang bertaburan dalam setiap huruf
Cahaya temaramnya sungguh menggugah selera
Sepertinya aku perlu menggali setiap kata agar memahami mu
Atau bahkan aku perlu mengarungi makna setiap huruf
Mungkin aku juga harus menyelami setiap kalimat
Ataukah aku harus menegukmu dalam kehampaan pengetahuan
Mataku mengerjap kala silau damar menembus kornea ku
Sedikit mengagetkan ku dalam buaian mimpi ku
Aku tersadar seketika ternyata aku terkungkung kelam dalam angan tak bertepi
Ah, sudahlah aku pun tak Sudi mengenang hal itu
Saat Perempuan masih berteriak menuntut keadilan dr patriarkisme yang ada
Saat anak-anak menjerit teriris perih akan kejamnya perlakuan orang terdekat
Saat rakyat menangis tersedu akan mereka yg kenyang menikmati uang rakyat
Benarkah kita telah merdeka?
Belenggu-belenggu rantai menyiksa diri ini
Kenangan masa lalu menyiksa mimpiku
Tubuh ini menjerit kesakitan
Saat diri ini terus dituntut tanpa henti
Sudah hentikan semuanya
Hentikan kegilaan ini
Hapuskan segala tuntutan
Yang menjebak ku untuk tidak bergerak
Lelah rasa ini
Dengan cacian, hinaan, dan tuntutan
Sebab kami Perempuan
Tak layak mendapatkan Merdeka yang terpasung
Samata, 8 Maret 2023
Baca juga: Puisi, "Sandyakala" Oleh: Ekha Bima
Penulis: Endah Nur Setyaningsih
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun