PUISI, SABDATA.ID – Selamat datang bulan paling tua, di mana kuncup berkah sepenuhnya merekah.
Kusambut engkau dengan bait-bait doa melangit, dalam segenap tubuh yang lusuh, diantara dosa yang bertumpuk tak terkira, dengan ketaatan yang semakin menipis, barangkali bisa kembali ditata pada tiga puluh hari bersuah paling istimewa.
Binarnya qolamullah kembali berpijar di sudut kamar, menjadi bait paling suci, mengalun di sepanjang subuh menjemput pagi.
Disetiap mentari meninggi, ketika lambung tanpa isi, segala tabah dilebihkan, segala murka dilesapkan, di balik dahaga yang meraja, sebentuk sejuk di paruh senja akan datang membawa senyum penuh makna dan berkah.
Suara-suara tak lagi lelap dalam sunyi, langit malam serupa dipeluk purnama tanpa jeda. Semesta bertabur damai, seluasnya udara dipeluk pengampunan.
Ingatkan aku bahwa hadirmu hanya sepenggal waktu, menjadi sebuah pintu rahasia yang mampu menembus, hingga sampai kembali di titik akhir.
Baca juga: Puisi, "Merdeka Yang Terpasung" Oleh: Ekha Bima
Penulis: Mayani

0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun