Perempuan: Kebebasan dan Batasan

OPINI, SABDATA.ID – Dalam tulisan saya kali ini, saya akan mengangkat beberapa isu di sekitar saya. Tentu saja paling utama yang akan saya bahas mengenai Kebebasan perempuan.  Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin mengajak teman-teman untuk bersikap peduli dan menghilangkan sifat apatis. Terutama bagi teman-teman perempuan.

Kebebasan

Kebebasan perempuan, Perempuan juga berhak memilih apa pun yang ingin di lakukan. Namun, bukan berarti perempuan tak memiliki prinsip. Dalam kebebasan yang saya maksudkan adalah, perempuan  harus terbebas dari stigma, diskriminasi, dan batasan dari lingkungan masyarakat.

Terutama lingkungan keluarga. Budaya yang menyelimuti keluarga, seakan-akan mereka menutup mata dan telinga terhadap apa yang selalu dibicarakan oleh anak Perempuannya.

Mereka selalu melontarkan kalimat bahwa ‘anak perempuan hanya boleh di rumah, anak perempuan tidak pantas turun ke jalan, anak perempuan harus berlaku seperti perempuan.

Bukankah semua itu adalah kebebasan yang boleh saja perempuan lakukan? Bagaimana perempuan yang bertingkah seperti perempuan? Apakah ketika duduk kaki harus di silang? Apakah berpakaian harus memakai rok?

Memilih adalah sebuah kebebasan setiap personal, jalan apapun yang mereka tempuh itu adalah sebuah kebebasan yang mereka jalani. Tidak seharusnya di diskriminasi apalagi sampai di asingkan. Kebebasan adalah milik semua manusia.

Melepas Hijab

Diskriminasi paling sering saya dapatkan ataupun yang sering saya dengarkan dari lingkungan saya adalah mengenai hijab. Sebenarnya perempuan yang berhijab itu bukan karena ingin di anggap baik, suci ataupun taat.

Akan tetapi ekspektasi masyarakat tentang hijab yang terlalu tinggi sehingga ketika ia mendapati perempuan berhijab tapi tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan, maka ia akan menganggap perempuan itu adalah orang yang munafik.

Baca juga: Opini, "Untuk Perempuan: Bangkit atau Bungkam?" oleh: Salsabila

Menurut saya sendiri, perempuan-perempuan yang memilih untuk melepaskan hijabnya itu adalah sebuah pilihan mereka. Lalu respon masyarakat terhadap hal itu, seakan-akan perempuan yang melepas hijabnya adalah perempuan yang munafik, yang berbuat jahat.

Sebagai sesama muslim, kita memang di anjurkan untuk selalu saling mengingatkan dan saling menasihati. Berdakwah adalah menyampaikan kebenaran dengan benar. Bukan malah mengolok-olok, mendiskriminasi, mengasingkan, dan memaksakan.

Terlepas dari sebuah kewajiban, itu adalah sebuah pilihan. Memilih untuk taat atau memilih mengagungkan hasrat, namun pilihan keduanya bukanlah sebuah kesalahan. Mungkin itu adalah sebuah kegagalan, gagal menuntun diri pada ketaatan.

Perempuan Merokok

Banyak juga stigma, merokok tapi berhijab. Apakah merokok adalah sebuah perbuatan buruk? Jahat? Sedangkan laki-laki bisa dengan bebas merokok dimanapun yang mereka inginkan. Apakah tolak ukur kebaikan seseorang hanya di lihat dari satu sisi?

Merokok bukan berarti perbuatan nakal atau melanggar aturan. Rokok adalah kebutuhan bagi beberapa orang. Namun perempuan juga harus mengingat bahwa dalam dirinya akan lahir generasi baru, jadi batasi diri untuk kebaikan diri sendiri.

Terlepas dari itu adalah sebuah kebebasan dan pilihan tentu saja ada aturannya, sebagaimana Majelis Ulama Indonesia (MUI) resmi mengeluarkan fatwa haram untuk mengonsumsi merokok khusus bagi wanita hamil, anak dan remaja yang masih dibawah usia dewasa (Fatwa ini dikeluarkan setelah sidang pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia III di aula Perguruan Diniyyah Puteri, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Minggu (25/1/2009) yang dihadiri sedikitnya sekitar 700 ulama se-Indonesia).

Batasan

Dari beberapa orang yang saya dengar dan beberapa perspektif yang saya baca. Mereka selalu menyalahkan perempuan, ketika kami mengangkat bicara untuk menuntut kebebasan kami. Mereka mengatakan bahwa yang membatasi perempuan adalah diri mereka sendiri. Padahal yang masyarakat lakukan terhadap perempuan lebih besar dampaknya.

Ketika mereka mengolok-olok, mendiskriminasi, bukankah itu suatu batasan masyarakat terhadap kaum perempuan?  Menimbulkan rasa takut  bagi kami (perempuan) untuk melakukan apa yang kami inginkan.

Membatasi setiap pergerakan kami. Belum lagi tuntutan-tuntutan yang mereka lontarkan kepada kami, lalu ketika kami tidak bisa memenuhi tuntutan itu mereka akan mengolok-olok kami. Padahal mereka sendiri yang menghancurkan realita dengan ekspetasi yang mereka bayang-bayangkan.

Bagi mereka, apa yang mereka lontarkan hanyalah sebuah ucapan namun bagi ku ucapan itulah yang hampir membunuh seluruh kehidupanku. Batasan berkedok peduli, tidak ada orang peduli yang ingin merusak dan menyakiti perasaan orang lain

Pesanku untuk perempuan

Lawan apapun yang membuatmu jatuh, sampaikan apapun yang ada dalam pikiranmu. Karena diam tidak akan membuahkan hasil apapun. Karena diam adalah sebuah penghianatan. Jadilah perempuan yang peduli dengan perempuan lain.






Penulis: Salsabila
Editor: Tim Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar