Untuk Perempuan: Bangkit atau Bungkam?

OPINI, SABDATA.ID – Dalam insiden pemerkosaan, pelecehan, pembullyyan, dan penghakiman. Lebih banyak tekanan pada perempuan-perempuan, dipaksa kuat di kaki sendiri, dipaksa bungkam atas penderitaannya. Katanya, perempuan selalu benar, perempuan selalu di manja, namun faktanya ‘tidak’. Banyak stigma-stigma yang membunuh jiwa perempuan.

Dalam kasus bunuh diri kebanyakan terjadi karena stres, depresi, dan sakit hati. Tekanan pada mentalnya yang membuatnya tidak berpikir panjang dan memilih mengakhiri hidupnya.

Dalam kasus pelecehan dan pemerkosaan, beberapa perempuan yang menjadi korban di diskriminasi oleh lingkungannya. Bukannya dibantu tapi malah di hakimi habis-habisan.

Banyak kasus yang membunuh perempuan secara mental dan terpaksa hidup secara fisik. Namun, dari kasus-kasus itulah para perempuan harus bangkit dari kesengsaraan.

Sampai kapan hanya duduk diam meratapi penderitaan? Jika bukan perempuan itu sendiri siapa lagi yang akan menguatkan? Pada akhirnya yang dimiliki hanyalah diri sendiri. Yang paling utama yang harus di lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri agar mampu melawan badai-badai yang akan membentur kehidupan.

Sebenarnya sumber masalah bisa saja datang dari diri sendiri, tanpa disadari kitalah yang menyebabkan semua penderitaan itu. Stigma-stigma yang di lontarkan orang-orang terkadang yang menciptakannya adalah perempuan itu sendiri.

Lantas siapa yang sebenarnya harus di salahkan?

Tujuan saya menulis opini ini bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi saya ingin menyampaikan pesan kepada perempuan-perempuan yang merasa dirinya perempuan. Lalu untuk menentukan siapa yang salah itu tidak se-mudah menunjuk satu pihak, sebab perempuan pun bisa saja salah bisa saja benar dalam kasus yang saya tuliskan di atas tadi.

Banyak perempuan yang bungkam terhadap penderitaan yang dialaminya karena merasa takut untuk menyuarakan segala keluh kesah mereka yang pada akhirnya mereka-lah yang disalahkan.

Padahal yang mereka minta hanyalah sekedar kalimat yang bisa menenangkan dan menyemangati mereka. Dan untuk saat sekarang ini, banyak sekali perempuan yang bersikap apatis terhadap kasus yang melibatkan mereka, bersikap apatis terhadap sosial.

Beberapa dari perempuan itu mengatakan bahwa ‘yang penting bukan saya yang mengalami hal itu’. Pemikiran seperti inilah yang seharusnya kita hilangkan dalam diri kita sebab tidak ada yang tahu kedepannya akan seperti apa. Percayalah, hidup sendirian di dunia yang diskriminasi ini sungguh menyakitkan.

Baca juga: Opini, "September dan Lawakannya" oleh: Salsabila

Hal sekecil apapun itu seharusnya perempuan bisa memperjuangkannya, walaupun memang tidak ada yang peduli dan mendengarkan tapi kita harus yakin dan percaya bahwa usaha yang keras akan memberikan hasil yang terbaik.

Perempuan memang memiliki tabiat lemah lembut dan juga perasa, namun ada kalanya sebagai perempuan harus bersikap kasar juga. Sikap ini bukan untuk menghilangkan citra perempuan tapi ini adalah bentuk bela diri yang harus di lakukan.

Untuk berharap pada orang lain agar bisa melindungi saya rasa lebih baik mengandalkan diri sendiri dulu sebelum mengandalkan orang lain, karena tidak mudah menemukan orang baik di zaman sekarang ini. Orang-orang akan simpati hanya ketika sudah ada yang mati.

Hal yang terlebih dahulu harus diingat adalah, ‘penderitaan itu datangnya dari diri sendiri’. Walaupun manusia lain juga terlibat, tapi jangan pernah melupakan bahwa diri sendiri adalah peran utamanya.

Untuk perempuan, yang harus kita lawan adalah ketakutan kita sendiri. Mereka tidak pantas menyalahkan, dan kau layak hidup tenang dan bahagia. Berdamailah dengan dirimu dan lawanlah mereka yang mengganggumu. Jangan takut untuk memperjuangkan hak-hakmu.

Baca juga: Puisi, "Keputusasaan" oleh: Salsabila

Untukmu yang bersedih:
Ketika kau menangis,
Tak hanya air mata yang kau jatuhkan,
Segala rasa mu pun ikut terjatuh bersama air matamu,
Namun jangan khawatir,
Seharusnya kau senang,
Rasa cemas,rasa sedih,kecewa, mu telah pergi bersama dengan air matamu, walaupun pada akhir tangismu ia kembali datang,
Tidak apa,
Yang kau perlukan hanyalah merasa tenang, dan cobalah walaupun tak abadi,
Jika terbiasa, kau akan merasa aman,
Tangismu tak harus kau tahan,
Tuangkan ia dalam kesepian yang menerpa kesendirianmu,
Air matamu,
Biarlah menjadi penopang segala rasa yang kau pendam,
Semuanya akan baik baik saja setelah air matamu terjatuh.



Penulis: Salsabila
Editor: Tim Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar