Pesan Terakhir

CERPEN, SABDATA.ID — Malam itu seorang gadis tengah duduk di bawah langit dengan beribu bintang menyinari sang langit. Pemandangan lampu kota di bawah bukit begitu indah di tatap oleh gadis itu, sesekali ia menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya dan tersenyum menatap ke arah langit. 
“Sungguh nyaman udara sang malam, dan sungguh ramah sang langit menyuguhkan bintang yang indah. Sejuk malam seolah-olah sedang menyelimutiku dengan hangat.” Kata gadis itu menikmati udara malam.
     

Malam itu sangat panjang bagi si gadis, tak terasa sang fajar telah terbit seketika itu si gadis menghembuskan nafasnya kasar. “Entah apa yang sedang ku pikirkan sehingga ku habiskan malamku di atas bukit ini, ku harap hariku lebih tenang dari hari kemarin” kata gadis itu lalu beranjak dari duduknya dan menuju kostnya untuk tidur sejenak.
  
Setelah bangun dari tidurnya, si gadis bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Ia beraktitas seperti hari-hari sebelumnya, namun si gadis adalah orang yang introvert sehingga dia lebih senang dengan kesendiriannya. 
    
Sore pun tiba, sebelum si gadis pulang ia mampir sejenak di taman baca untuk sekedar menikmati angin sore. Di taman itu ia membuka buku hariannya dan menuliskan beberapa kata tentangnya dan tentang apa yang di alaminya.
“Harapanku hanyalah kesederhanaan yang ingin kudapatkan, namun hal itu pun tak pernah ku dapatkan. Aku selalu bertanya-tanya, kemana diriku yang dulu? Sungguh, aku kehilangan diriku. Ku rasa, harapanku memanggilku untuk terbang bersamanya. Aku telah memikirkan semuanya, aku telah berpikir panjang atas apa yang harus aku lakukan. Mungkin ini saatnya aku bertindak. Sepertinya tulisanku kali ini akan ku beri judul 'Pesan Terakhir'. Aku tidak menyerah, ini adalah awal dari kehidupanku yang baru. Untuk mu yang mungkin membaca isi buku ku, ku harap kau adalah orang yang peduli terhadapku. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku benar-benar meminta maaf atas apa yang telah ku lakukan di dunia ini. Dan aku berterima kasih atas apa yang telah aku alami dalam kehidupanku. Ingat aku sepanjang kehidupanmu, aku hanya memilih jalan yang sudah ku persiapkan sejak dulu. Maaf jika mengecewakanmu.” Tulis si gadis dalam sebuah buku hariannya.

Malam itu tiba, si gadis duduk di atas bukit seperti malam-malam sebelumnya. Ia memejamkan matanya dan tak sadar air matanya pun terjatuh di pipi chubbynya. 
"Ini adalah akhir dari segala yang ku usahakan, bukan karena manusia lain aku memilih jalan ini. Semuanya karena aku kehilangan diriku." Batinnya.

Keesokann harinya, si gadis di temukan tewas di kamar kostnya dan di duga overdosis. Namun segenggam kertas di temukan terletak di sebelah mayatnya, 
“Jika aku di temukan tak bernyawa, ku harap kalian tidak memberitakan ini ke publik sebagai bunuh diri. Tapi katakanlah bahwa aku sedang sakit, terutama kepada ibuku” Tertulis dalam kertas itu.

Baca Juga: Luka yang Sembuh

Pengelola kost yang membacanya pun mengikuti keinginan terakhir si gadis. Dan kisah si gadis pun berakhir hanya sampai di situ dimana ia memilih jalan yang terbaik bagi dirinya. 

Si gadis dengan nama asli Jane salsabila, ia di kenal dengan karya-karya puisinya. Dulunya dia sangat senang dengan keramaian, dia senang berjalan-jalan ke sana kemari. Namun setelah badai datang menghampiri kehidupannya, kepribadiannya berubah drastis. Dalam buku diarynya ia pernah menuliskan sebuah teks panjang mengenai kisah yang ia alami.
“Kini aku hanya melihat kabut tebal, kabut kebencian. Aku menjadi jahat setelah badai itu menjadi temanku, aku menjadi kesepian setelah aku kehilangan diriku. Entah ini takdir Tuhan atau takdir yang ku buat sendiri. Beberapa kali aku mencoba bangkit dan menguatkan diriku, mengatakan bahwa semuanya akan ku lalui. Namun, aku seakan-akan di tindas habis-habisan oleh keadaan, yang pada akhirnya membuatku berpikir untuk merenggut nyawaku sendiri. Tidak ada yang pantas ku salahkan selain diriku sendiri, beberapa kali aku mencoba mengakhiri hidupku namun aku gagal. Bukannya aku bangkit dan melanjutkan hidup, aku malah berpikir bahwa suatu hari nanti aku pasti berhasil mati. Aku tidak ingin terus-terusan hidup dalam kebencian, ku biarkan saja nyawaku dan ku ikhlaskan saja kehidupanku. Aku akan menemukan kedamaianku di alam yang berbeda.”






Penulis: Salsabila
Editor: Nurham

Posting Komentar

0 Komentar