OPINI, SABDATA.ID – Dakwah Islam yang ramah sebagai konsep atau sebagai bentuk aktivitas, kini telah memasuki seluruh ruang lingkup kehidupan manusia. Seluruh aspek kehidupan tidak mungkin dilepaskan dari sudut pandang dakwah itu sendiri.
Seorang da’i harus mampu mengembangkan diri dan memiliki bekal yang mumpuni tentang pemahaman agama Islam itu sendiri sebelum terjun langsung di dunia dakwah. Sebab menjadi aktivis dakwah bukan hal mudah, karena harus paham agama dibarengi dengan pandangan-pandangan keagamaan yang bersifat universal.
Hal yang sangat fundamental dalam kegiatan dakwah seorang da’i adalah materi dakwah, sehingga apa yang disampaikan mampu memberikan informasi keagamaan kepada para objek dakwahnya.
Seiring perkembangan zaman, materi dakwah yang disampaikan adalah bersumber dari ajaran Islam itu sendiri dan harus diimplementasikan kepada setiap pemeluknya. Baik yang berkaitan dengan masalah keimanan, ibadah, atau muamalah.
Bentuk penyampaian materi dakwah tidak hanya yang berkaitan dengan masalah hablumminallah saja, tetapi juga hablumminannas yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia.
Baca juga: Puisi, "Maradekayya" oleh: Andi Fahrul Rozi
Dalam era dakwah 2.0, peralihan dakwah yang dulu hanya dilakukan melalui mimbar atau pengajian saja, kini sarana dakwah yang dapat digunakan bagi seorang da’i adalah media sosial. Dakwah melalui media sosial ini salah satu inovasi terbaru dalam syiar agama Islam kepada masyarakat dan memberikan kemudahan kepada da’i dalam melebarkan sayap-sayap dakwah itu sendiri.
Media sosial sebagai sarana dakwah merupakan sebuah kesempatan dan tantangan bagi para da’i untuk mengembangkan dan memperluas cakrawala berdakwah.
Apabila diperhatikan, dalam komunikasi dakwah melalui media sosial mensyaratkan adanya interaksi sosial antara da’i sebagai komunikator dan tidak bertemu langsung , tetapi proses interaksi di dunia maya terjadi. Boleh jadi interaksi sosialnya secara simbolik.
Tetapi proses imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati dalam komunikasi dakwah melalui media sosial itu terjadi. Pemanfaatan media sosial sebagai media dakwah tentu akan memberikan penambahan media dakwah dalam menyiarkan kegiatan-kegiatannya. Selain pemanfaatan yang mudah dan tidak memerlukan biaya besar dalam mengoperasikannya, maka tentu media sosial ini akan semakin diminati sebagai media dakwah.
Tapi yang menjadi hal penting di sini tentang bagaimana da’i tersebut mampu memberikan sajian informasi dakwah yang bersifat ramah bukan dengan memberikan informasi yang bersifat provokatif, sehingga menimbulkan permasalahan baru yang dapat membingungkan bahkan meresahkan umat.
Tentu saja, memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah akan semakin membuka jalan dalam menyampaikan informasi keagamaan dalam jangkauan yang tidak terbatas. Hal ini harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh para da’i dalam menyampaikan dakwahnya.
Jangan sampai dengan perkembangan teknologi, para da'i tidak bisa memanfaatkannya untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada orang-orang yang membutuhkan.
Menjadi aktivis dakwah di media sosial tentu memiliki tantangan dan kelebihan tersendiri. Meski begitu, semoga para da'i yang terjun ke media sosial ini bisa menyajikan dengan gaya bahasa dan konten yang ramah, bukan yang dapat mengundang marah.
Dengan demikian, sejatinya para da’i mampu menjadi khairunnas anfa’uhum linnas di tengah-tengah masyarakat dengan memberikan dakwah yang sejuk sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan tokoh-tokoh Islam itu sendiri tanpa menimbulkan problem dalam masyarakat atau target dakwah.
Penulis: Muammar Tauhid (Koordinator Dakwah PW IPNU Sulsel)
Editor: Rika Arlianti DM
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun