Kebenaran Ilusi

OPINI, SABDATA.ID – Tiada kebenaran antara kedua pihak yang berkonflik, mana yang benar dan mana yang salah hanyalah sebuah bayangan. Yang ada dan tinggal hanya perang ego dan perang keyakinan. Apa yang diyakini benar bagi pihak A, berbeda apa yang diyakini benar bagi pihak B, saling beradu dan melempar.

Semua saling klaim dan berperang mempertahankan ego dan keyakinan tentang versi kebenaran masing-masing pihak, yang dibalut dengan kata Keadilan

Naluri dasar dari manusia adalah mempertahankan dan beradu kebenaran yang diyakininya. Benar dan salah atau Baik dan Jahat pada kasus ini sama dengan abu-abu.

Tiada kebenaran yang absolut dalam konteks ini yang ada sebuah relatifitas, semuanya tergantung kepentingan apa dan keyakinan bagaimana.


Berperang mempertahankan keyakinan bahwa pihak lawan lah yang salah. Hingga tiap pihak punya tolak ukur keadilannya masing-masing, sampai pada fakta kebaikan dan kebenaran hanyalah sebatas konstruksi subjektif.

Hingga yang tinggal hanyalah nihil dan semu belaka yang ada hanya trend menjadi korban.

Menuhankan keyakinan bahwa pihak lain lah yang antagonis, hingga terus berputar saling tunjuk menunjuk. Sekali lagi yang ada hanyalah ego dan keyakinan yang dipertahankan, hakikinya hanyalah sebuah kepalsuan.

Kekasaran, penghinaan, kebencian, bahkan pembunuhan kadang bisa dibenarkan dengan dalil sang lawan atau korban adalah orang yang diyakini sebagai penjahatnya. Moral dan kebaikan hanya disandarkan pada relatifitas.

Kebenaran dibentuk dan tentukan oleh sang pembuat realitas (orang yang memiliki kepentingan) tergantung seberapa banyak keuntungan dan kerugian. Dengan mencuri mulut Tuhan, hak perioritas tentang siapa ahli surga dan neraka. Hingga orang-orang yang dalam goa hanya mengenal realitas dibalik bayangan dari luar goa.

Segala sesuatunya hanya ada Jahat atau Baik, Benar atau Salah. Selama pagar premis ini masih bertahan dalam konstruk sosial, maka kompas moral hanya tentang hitam dan putih.

Pada puncaknya persaudaraan, kekeluargaan, cinta, rasa hormat, empati dan kasih sayang dipertaruhkan demi sebuah ego yang diyakini. Tiada lagi benar atau salah, tiada lagi jahat atau baik, layaknya angan-angan dan ilusi dalam mimpi tidur.






Penulis: Almutawalli
Editor: Abdullah

Posting Komentar

0 Komentar