Hikmah di Tanah Haram (3)

Bertengkar Menolong Kami
*diangkat dari kisah nyata
CERBUNG, SABDATA.ID – Seperti biasa, sesudah menunaikan salat duhur, saya bersama istri menuju halaman Masjidilharam. Di bagian depan jalanan menuju terowongan, di bawah dinding istana raja, puluhan jamaah berdesak-desakan, antri mengambil air zamzam.

Mereka bertubuh besar-besar dan tinggi seperti umumnya jamaah dari Iran, Yaman atau Pakistan. Melihat mereka sedang berebutan, mau atau tidak mau, kami harus memilih sabar dan menunggu di lapisan paling belakang.

Tubuh kami terlalu kecil untuk menerobos Raksasa berjubah itu. Tidak disangka, di antara tubuh-tubuh kekar yang berjanggut lebat tersebut ada seorang lelaki (saya menyebutnya lelaki malaikat) yang sedang memperhatikan kami.

Spontan dia menarik jerigen ukuran 5 liter dari tangan istri saya dan segera menyibak kerumunan jamaah, menerobos sampai ke mulut keran (air). Dari arah belakang kami menyaksikan perjuangan lelaki malaikat itu. 

Dia merampas sebuah botol minum berukuran kecil dari tangan seseorang di sampingnya lalu kemudian mengisinya dengan air. Pemilik botol kelihatan marah dan berusaha merebut paksa kembali botolnya.

Adegan tarik-menarik pun terjadi. Lelaki malaikat berhasil mempertahankan botol minum tersebut yang sudah berisi air Zamzam itu. Beberapa saat, pemilik botol harus mengalah. Air dalam botol dituangkan ke dalam jerigen milik saya.

Tiga kali dia lakukan seperti itu. Ketika lelaki malaikat akan mengulang pengisian yang keempat kalinya, tiba-tiba pemilik botol bereaksi keras. Dengan geram, ia merampas kembali botol tersebut kemudian meremas-remasnya hingga peok dan tidak berbentuk lagi.

Keduanya pun bersitegang. Mereka saling mendorong. Suara lelaki malaikat terdengar membentak pemilik botol seraya menunjuk ke arah kami. Dari ekspresi kemarahannya, saya mencoba menebak.

Sepertinya dia menjelaskan keinginannya untuk menolong kami. Namun semuanya telah berakhir. Keduanya terdorong ke belakang, terdesak oleh jamaah lain yang saling berebut keran air (untuk mengisi air ke wadah).
Lelaki malaikat itu harus pasrah. Kedua matanya sendu menatap kami. Dari bibirnya yang bergetar, seakan ia berkata: Maaf, hanya ini yang mampu saya lakukan untuk kalian. 

 
Saya meraih jerigen yang separuh sudah berisi air Zamzam. Sambil mengucapkan terimakasih, saya dan istri berbalik menuju masjid. Dalam hati, saya bergumam: Sungguh Allah maha pengasih dan pemurah. Ia selalu hadir, dengan cara-Nya sendiri, mengulurkan tangan; menolong hamba-hamba-Nya yang lemah.

***

-Makassar, (10/7/2022)






Penulis: Mahrus Andis

Posting Komentar

0 Komentar