Sayup-sayup terdengar dari pelosok desa jeritan petani
Saat hasil bumi tak sesuai bayaran
Peluh bercucuran hingga jemari tak mampu menyeka
Lantas kaki tanpa alas
Berdarah...
Pun belum jua tubuh lain yang terluka dan terkoyak
Lalu...
Pantaskah petani dijadikan pahlawan perekonomian?
Sedang hasil keringatnya lupa dihargai
Negeri yang kaya dengan sumber daya alamnya tak lagi berarti
Riuh provinsi terkaya dengan pohon kelapa sawitnya
Lantas kenapa hari ini kita harus kehabisan minyak
Ke mana semua mafia itu?
Lantas bagaimana mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat
Sedang pemerintah seolah diam, bisu dan tuli
Kami mahasiswa diam
Kamu menginjak
Kami bungkam
Kamu menghilang
Tempatmu tak seindah tempat petani
Duduk di kursi mewah di ruang ber-AC
Petani bertarung di bawah terik mentari, di bawah rintihan air hujan
Wahai tuan dan puan...
Kami ini terlahir dari negeri yang kaya dengan alam
Kami terlahir dari rahim seorang petani
Tapi kenapa?
Kekayaan alam banyak dicuri
Dan kamu para pejabat malah sibuk memperkaya diri
Ini bukan soal membenci dan mencaci
Tapi soal cinta kami yang tulus untuk para petani
Penulis: Eka Rahmawati
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun