Mahrus Andis: Tak Ada Puisi yang Jelek

Mahrus Andis: Tak Ada Puisi yang Jelek
Membahas soal literasi, agaknya sampai kapanpun tidak akan ada habisnya.

Mengapa demikian? Sebab saya teringat dari adagium (pepatah) yang berbunyi "Verba Volant Scripta Manent" yang terucap akan lenyap dan yang tertulis akan abadi.

Yang tertulis inilah yang merupakan bagian dari kegiatan literasi. Sama seperti ketika membahas soal karya puisi yang mana karya tulisan yang satu ini selalu akan jadi perbincangan menarik. 

Bahkan puisi menjadi karya tulis yang punya peranan penting untuk menyampaikan pesan-pesan tersirat dengan gaya bahasanya yang filosofis. 

Puisi adalah karangan bebas yang menekankan pada persoalan linguistik (kebahasaan) sehingga bila membacanya kaya akan makna dan membuat seorang pembaca termenung untuk memahami isi puisi tersebut. 

Berkaitan dengan puisi, saya baru saja membaca tulisan dari sastrawan Bulukumba, (puang) Mahrus Andis di kolom beranda Facebook. 

Yang membuat saya tertarik, ia menjelaskan bahwa tidak ada karya puisi yang jelek namun hanya puisi baik dan bagus. Ini membuat saya bertambah semangat untuk membuat tulisan puisi.

Lalu apa perbedaan antara puisi yang baik dan yang bagus itu? 

Lanjut, ia menguraikan bahwa puisi baik ialah puisi yang lahir dari otak kiri sedangkan puisi yang bagus adalah karya yang diproduksi dari otak kanan. 
Sebelumnya ia menjelaskan, otak kiri menurutnya cenderung melahirkan pikiran-pikiran analisis yang bersifat logis-etis.

Sambung, sedangkan otak kanan ialah bagian otak yang tendensi ke pikiran kontemplasi (perenungan) yang bersifat logis-estetis.

Sehingga menurutnya puisi yang baik itu memiliki ciri khas kalkulasi linguistik, bahasanya yang agak kaku dan hanya terdapat sedikit dari nilai filosofis. 

Sebaliknya, puisi yang bagus adalah karangan yang penuh dengan makna filosofis, bahasanya estetis, dan sarat akan bahan kontemplasinya.
Sebagai bahan contoh puisi yang bagus yang ia kutip dari penyair Nasional L.K. Ara:

Ia selalu berlama-lama
Ditepi sungai
Kadang matanya memandang ke Air
Kadang menatap ke langit jauh
Kadang ke rindang pohon yang teduh

Telinganya yang tua
Tak jemu mendengar
Gemercik air

Ia selalu berlama-lama 
Di tepi sungai
Kadang memejamkan mata
Kadang berurai air mata
Ia terpukau betapa indah
Gemercik air
Mengucapkan subhanallah

-2016-

Demikian contoh yang di uraikan. Menurutnya indah (bagus), makna tersirat dari pengulangan majas di awal bait dan larik seakan mengajak pembaca untuk merenungi suasana alam sebagai pantulan maha besar Allah SWT. 

Puisi di atas, punya nilai estetik, komunikatif, dan kontemplasi sehingga pembaca seolah diajak untuk menyusuri bahwa inilah ciptaan tuhan yang maha besar.






Editor: Abdullah

Posting Komentar

0 Komentar