Pada akhir abad ke-19, pemerintah Belanda di Hindia Timur menggemakan liberalisme ekonomi. Pemahaman ini mengubah kebijakan ekonomi pemerintah dari kerja paksa ke industrialisasi. Keterlibatan investasi swasta telah mengubah lahan perkebunan menjadi pabrik dan buruh tani bumi putra menjadi buruh-buruh pabrik.
Kebijakan pemerintah mendapat kritik dari kaum kiri, termasuk Marxisme di Belanda. Kritik ini berhasil mendorong pemerintah untuk menerapkan kebijakan politik “Retribusi” atau moralitas politik. Kebijakan ini kemudian menjadi awal masuknya Marxisme ke Indonesia.
Ideologi Marxisme merupakan salah satu aliran filsafat Barat yang menghiasi berbagai ideologi di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pendiri negara ini mempelajari dan mempraktikkan Marxisme. Bahkan Soekarno, presiden pertama Indonesia, dan penggali Pancasila, memiliki Marxisme Indonesia dengan konsep Marhenismenya.
Namun, setelah pemerintahan Soekarno, dapat dikatakan bahwa tradisi Marxisme mengalami stagnasi. Larangan ideologi Marxisme melalui TAP MPRS No.XXV/1966 menjadi salah satu penyebabnya. Minimnya kebebasan mempelajari ideologi Marxisme, ditambah dengan stigma negatif terhadap ideologi Marxisme ini membuat tradisi Marxisme di Indonesia ini kurang berkembang.
Untuk itu, penting untuk mengkaji tradisi Marxis di Indonesia, agar kita dapat menelusuri akar sejarah tradisi Marxis di Nusantara, penyebab keterlambatan, stagnasi tradisi marxis di Indonesia. Sedikit banyak, konsep keadilan sosial dalam sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, diilhami oleh ideologi Marxisme.
Marxisme sebagai visi filosofis, ideologis dan politik berkembang di Eropa sebelum abad 20. Selama di Indonesia, Marxisme mulai berkembang khususnya setelah abad 20. Ada kemungkinan setelah kedatangan Henk Sneevliet pada tahun 1913, ia adalah pendiri ISDV (Indische Sociaal Democische Vereeniging), yang kemudian berubah menjadi partai Komunis pertama di Asia yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI).
Awalnya, ISDV bersekutu dengan Insulinde, sebuah perpecahan dari Indische Partij. Insulinde terdiri dari orang-orang Indo-Eropa Radikal. Namun kemudian ISDV masuk ke Sarekat Islam, yang memiliki banyak pengikut (Ricklefs, 2001: 216).
Sneevliet adalah anggota organisasi SDAP (Sociaal Demokratische Arbeiderspartij) Marxis di Belanda. Dia adalah anggota dewan kota Zwolle sebagai perwakilan dari SDAP. Kemudian, dua bulan kemudian, ia diangkat menjadi kepala cabang Zwolle SDAP. sebagai pemimpin redaksi Soerabaiasch Handelsblad media.
Dan pada tanggal 1 Juli 1913, ia menjadi sekretaris Handelsvereeniging (persatuan) di Semarang. Pada saat yang sama, ia diangkat sebagai penasihat Dewan Direksi VSTP. Di VSTP, ia bertemu dengan dua aktivis Sarekat Muslim yang juga anggota VSTP, Semaun dan Darsono (http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com).
Dengan masuknya ideologi Marxisme ke dalam kesadaran individu-individu bangsa yang dijajah oleh kolonialisme Belanda, yang merupakan metamorfosa dari sistem kapitalisme, maka dimulailah tradisi Marxisme di Nusantara. Setelah PKI dibentuk pada bulan Mei 1920, maka dimulailah tradisi Marxisme-Leninisme di Indonesia.
Secara ideologi, Marxisme-Leninisme menitikberatkan pada kepemimpinan partai pelopor dalam perjuangan kelas tertindas yang dalam hal ini adalah kelas proletariat (Sudisman, 1966:32-33).
Daftar Pustaka:
Syatori, A. (2017). Jejak Marxisme di Indonesia. Jurnal Yaqzhan, 3(1), 173Permata, Harsa. 2012. “Perjalanan Marxisme di Nusantara” https://philosophyangkringan.wordpress.com/2012/04/03/perjalanan-marxisme-di-nusantara/. Diakses pada 13 Desember 2021.
Penulis: Dian Anugerah (90300118044)
Editor: Amasa
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun