Terlebih dahulu penulis katakan bahwa sesuatu yang melibatkan kekuasaan atau pun pemerintah itulah disebut politik, itu salah satu unsur adanya politik itu sendiri jadi jangan heran bahwa tekanan yang kita alami selama ini, itu hasil dari konfigurasi politik.
Pasti Setiap manusia ingin menduduki kursi kekuasaan, manusia tidak bisa untuk menafikkan dari akan hal itu, dan yang lebih ironisnya eksistensi dari kekuasaan itu akan memiliki tekanan sosial ataupun dengan aspek lain.
Tetapi akankah sebuah manusia yang menduduki atau yang memiliki kekuasaan bisa menifestasi kekuasaan itu sesuai dengan kehendak orang lain, dalam artian untuk mengakomodasi kepentingan bersama? atau malah dengan kehendaknya sendiri yang notabenenya akan membuat seseorang tertindas? Penulis teringat dengan suatu teori bahwa "seseorang yang berkuasa akan cenderung korup, dan kekuasaan yang mutlak akan mengalami korup.
Mungkin dengan teori itu benar adanya karena secara realistis bahwa seseorang yang berkuasa akan cenderung berbuat yang dia inginkan dan ujung-ujungnya akan mengalami keuntungan pribadi/korup.
Seseorang yang berkuasa yang memakai sistem politik yang kotor akan menghasilkan kekuasaan yang kotor pula, dalam artian seseorang yang haus akan kekuasaan dengan memakai sistem politik kotor akan menghasilkan sesuatu yang membuat seseorang itu untung secara pribadi dan seseorang akan ditekan secara sosial dan tidak akan menghasilkan apa-apa dari kekuasaan itu.
Penulis sering menulis serangkaian kata mengenai politik, bahwa eksistensi dari politik itu bukan saja didalam tatanan negara tetapi eksistensi seutuhnya dari politik itu bermain halus dalam tatanan kekuasaan, akankah dengan perkataan itu benar adanya? Saya yakin bahwa hal itu benar karena bahwa seseorang yang menduduki kursi kekuasaan pasti memakai sistem politik mau itu politik secara bahasa kasarnya, politik kotor dan juga politik bersih. Tetapi mayoritas seseorang mempergunakan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan, itu lah disebut politik kotor.
Politik itu sendiri pada hakikatnya tidak lain untuk bagaimana keinginan individu atau pun kelompok dapat tercapai, itulah hakikat dari politik itu sendiri, tetapi realistis yang terjadi malah sebaliknya.
Mencintai kekuasaan itu boleh, haus akan kekuasaan, merebut dan bersaing atas kekuasaan itu juga diperbolehkan, hak dari setiap individu, tetapi yang salah dari semua itu segala cara yang dihalalkan untuk mendapatkan kekuasaan itu tanpa melihat regulasi yang berlaku.
Bagi saya sendiri bahwa saya tidak terlalu tergiur untuk menduduki kekuasaan, tetapi saya mencintai kekuasaan, karena saya tahu bahwa kekuasaan itu memiliki tekanan yang luar biasa, baik itu dari tekanan sosial, agama, politik, ekonomi dan terkhususnya di kehidupan kita sehari-hari, jikalau bukan seseorang yang tepat untuk menduduki semua itu yakin dan percaya bahwa setiap rotasi kehidupan kita akan memiliki konsekuensi dari seorang pemimpin baik itu dampak semata-mata hanya untuk memuaskan hawa nafsu seorang pemimpin, ataukah cuma permainan belaka untuk membuat seorang pemimpin tertawa.
Saya sendiri memiliki perspektif bahwa hal seperti itu agak susah untuk dilepaskan/dihilangkan di negara tercinta kita ini karena semua itu telah tertanam erat di dalam diri seseorang yang notabenenya haus akan kekuasaan.
Mencintai sesuatu apalagi mencintai kekuasaan itu hal yang wajar banyak hal itu terjadi diluar sana tetapi pernah kah kita berpikir bahwa bagaimana mencintai kekuasaan tetapi lantas tidak merugikan seseorang?
Kadang seseorang yang begitu terlalu mencintai kekuasaan memiliki imajinasi terlalu tinggi, sampai setiap rotasi kehidupannya dia hanya terbayangkan bagaimana menjadi suatu pemimpin tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi, penulis teringat kepada suatu buku judul (kekuasaan) di dalam buku menjelaskan bahwa hasrat ingin memimpin pasti memiliki imajinasi yang terlalu tinggi, ada suatu cerita seorang istri yang ingin menjadikan suaminya sebagai anggota DPR tetapi dia mengalami kerugian yang sangat luar biasa karena dia telah banyak mengeluarkan uang tetapi suaminya belum saja menjadi anggota DPR, tetapi sang istri tidak memikirkan semua itu karena dia telah berimajinasi terlalu tinggi akan kekuasaan.
Bagi penulis bahwa hal yang harus di kuatkan untuk memanifestasikan cinta akan eksistensi kekuasaan pertama bahwa imajinasi seseorang harus melampaui segalanya, tetapi harus juga memakai sistem politik yang bersih tanpa melanggar regulasi yang telah di tetapkan.
Akhir kata, penulis sebut bahwa pemimpin yang sesungguhnya adalah pemimpin yang menjunjung tinggi intisari dan jiwa politik itu sendiri.
Editor: Abdullah
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun