Cerpen, "Batu Penyanggah" karya :Abdullah

Cerpen, "Batu Penyanggah"

Terik matahari di siang hari menyinggung langsung kulit lengan seorang pemuda 18 tahun bernama Samsul yang sedang menggayuh becaknya. Saat itu Samsul hendak menuju ke toko untuk membeli sesuatu. Di perjalanan, ia dengan semangatnya memutar menggayuh pedal becak kesayangannya itu hingga cucuran keringat mulai berjatuhan menetes ke bagian bawah rambut cambangnya. Keringatnya bercucuran lantaran terik panas matahari sekaligus melatih otot betis kakinya dengan menggayuh pedal becak. "Ah sudahlah, Lagian pula hal seperti ini sudah biasa", batin Samsul sambil terus menggayuh becaknya. 

Tanpa memikirkan keringat yang semakin bercucuran itu dan tenaga yang dikeluarkan dari betis kakinya yang sudah kelihatan berotot semakin lemah dan terlihat pelan menggayuh, Samsul tetap semangat menggayuh becaknya, yaa Samsul merasa sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini walau saat itu jarak perjalanan rumah ke tujuan itu sepanjang 5 kilo meter dengan jalanan yang kadang tumpul dan berkelok-kelok sehingga Samsul harus berhati-hati diperjalanannya. 

Ketika mendapati jalanan tumpul, Samsul harus mengambil ancang-ancang menambah kecepatan ganda becaknya sebelum mendekati jalanan tumpul yang ingin dilaluinya. Semakin menuju ke atas jalanan tumpul itu, becak Samsul semakin melambat melaju dan disaat inilah tenaga Samsul terkuras namun baiknya hal ini menjadi latihan atau olahraga bagi Samsul. Olahraga yang membuat betis kakinya semakin berotot lantaran sering latihan menggayuh becak kesayangannya itu. 

Berselang lebih setengah jam perjalanan, akhirnya tibalah saatnya Samsul sampai ke tempat tujuan, toko sumber (nama toko belanja segala kebutuhan sehari-hari). Samsul hendak membeli barang yang juga sebelumnya dititipkan tetangganya kepada dirinya. Rupanya fungsi becak Samsul ini bukan hanya dimanfaatkan untuk mengantar orang-orang namun juga ia manfaatkan becaknya untuk mengankut barang jualan. Samsul sendiri pun bukan hanya bekerja sebagai tukang becak namun juga bekerja sebagai penjual keliling, tentu berjualan menggunakan becaknya itu. Dari sini tak heran bila disebut bahwa becaknya ini menjadi kendaraan kesayangan dan sangat berarti buat Samsul. 

Sebelum memasuki toko, Samsul memarkirkan becak kesayangannya itu tepat di depan halaman toko yang terlihat agak miring sehingga perlu menyanggahnya dengan batu pada bagian roda becaknya agar becak itu tidak lepas kendali. Setelah merasa aman dengan batu penyanggah tersebut. Samsul pun memasuki toko dan langsung tanpa basa basi Samsul menyapa dan bertanya ke salah satu pegawai toko, "halo pak, ada sabun cuci piringnya 4 dus?" tanya pemuda 18 tahun dengan intonasi bertanya. "Ouw iya saya cek dulu yaa" jawab pegawai toko dengan sikap ramah. 

Berselang beberapa menit kemudian datanglah pegawai toko tersebut memberi tahukan kepada Samsul bahwa barang yang diinginkan masih tersedia, "ouw iya dik, barangnya masih ada!", tutur pegawai toko kepada Samsul. "Oke pak", balas Samsul dengan rasa lega sebab perjalanan jauhnya tak sia-sia. Kemudian Samsul pun menyerahkan sejumlah uang ke kasir dan menerima nota belanja. "Tunggu ya, barangnya diambilkan!" ujar pegawai kasir kepada Samsul, "siap mba", jawab Samsul yang agak melebarkan senyumnya sedikit karena merasa dilayani dengan baik. 

Lalu pegawai toko tersebut pun bergegas mengambil barang yang di inginkan Samsul. Sembari menunggu barang permintaannya, Samsul sesekali melirik produk yang ada di dalam toko itu, yaa barangkali ia tertarik membeli barang itu juga.

Tak lama kemudian sebelum barang Samsul ada dihadapannya, tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak dari belakang menepuk pundak Samsul, langsung bapak itu menanyakan kepada Pemuda tersebut "Betul kamu yang punya becak di depan toko ini?" tanya bapak itu yang berbadan tinggi, usianya kira-kira 40 tahunan dan terlihat badannya sedikit berotot, "iya pak" jawab Samsul dengan perasaan kebingungan. 

Mendengar jawaban Samsul itu, langsung saja bapak tersebut meraih tangan Samsul dan mengajak keluar toko kemudian memperlihatkan mobil merah berjenis sedan yang juga terparkir depan halaman toko namun posisi mobil tersebut lebih kebawah daripada tempat parkir becak milik Samsul. Rupanya mobil punya bapak itu sedang lecet bagian samping kiri. Lecetnya cukup panjang sekitar 15 cm. Lecet itu disebabkan karena becak Samsul menyenggolnya, terlihat jelas posisi becak Samsul sudah tidak berada di tempat semula yang tadinya tersanggah oleh batu dan sekarang berposisi menurun dan bagian belakang becak terlihat bekas mengiris permukaan cat mobil milik bapak itu tadi. 

Bapak tersebut langsung saja memberi tahu kepada Samsul bahwa becaknyalah yang membuat goresan lecet di mobilnya, "becakmu ini, bikin lecet mobil saya" pungkas bapak kepada Samsul dengan intonasi marah.

Mendengar ucapan bapak tersebut yang berperawakan agak seram, Samsul sedikit kaget apa yang terjadi, 
"Astaghfirullah, aduh mohon maaf pak, ini kenapa bisa ya?" tanya Samsul yang tadinya ia memarkirkan becak kesayangannya dengan baik, "yaa saya tidak tahu juga. Yang jelas lihat becak kamu yang bikin goresan di mobil saya" sambil menunjuk becak Samsul yang berada samping mobil bapak itu dengan posisi yang memang becak Pemuda malang itulah yang menggoresnya. 

Mendengar sedikit ribut percakapan antara Samsul dan bapak tersebut. Orang-orang sekitar mengamati kejadian itu lalu beberapa orang mendekat ke arah dua orang yang sedang bersengketa tadi. Barangkali mereka ingin mengetahui siapa yang salah dan yang benar atau mungkin mereka berempati kepada Samsul, si pemuda tukang becak yang berposisi sedang tertimpa musibah. 

Kembali ke Samsul, setelah memikirkan mengapa bisa becak Samsul membuat lecek mobil bapak itu. Akhirnya Samsul berkesimpulan bahwa kemungkinan becaknya itu disenggol oleh orang yang berlalu-lalang dan tanpa sengaja batu yang menjadi penyanggah tadi terlepas lalu becaknya lepas kendali dan turun ke dataran lebih rendah lalu akhirnya menyenggol mobil bapak tersebut hingga lecet. 

Tanpa melihat kondisi Pemuda tukang becak itu, bapak pemilik mobil tersebut langsung minta ganti rugi, "Ah, saya tidak mau tahu kamu harus ganti rugi", kesal bapak tadi kepada Samsul yang mobilnya lecet itu. Samsul sedikit berdebat bahwa kejadian itu bukan kesengajaan, "mohon maaf pak. Tadi saya taruh becak saya disini" sambil menunjuk tempat parkir becak Samsul dengan baik. "Saya sanggah becak saya itu pake batu agar tidak turun lepas kendali dan saya pikir batu itu sudah cukup menahan untuk menyanggah becak saya ini", terang Samsul yang berusaha meyakinkan bapak itu. 

Namun bapak itu tetap bersih keras, minta ganti rugi kepada Samsul, "yang jelas kamu harus ganti rugi, mobil ini mau saya bawa ke bengkel untuk dipoles" ujar bapak itu bersama dengan istrinya yang juga sedang marah kepada Samsul. Mendengar perkataan bapak tersebut, Samsul menjawab "untuk saat ini saya belum punya uang pak, barusan saya sudah belanja ke toko ini dan itupun barang belanjaan itu bukan seluruhnya milik saya tapi milik tetangga yang menitipkan barang ke saya", jelas Samsul kepada bapak itu bersama istrinya yang berada di samping suaminya itu. 

Bapak tersebut dari awal terus bersikap arogan kepada Samsul sambil sesekali membanting menendang roda belakang becak Samsul. Namun pemuda 18 tahun itu tetap bersabar, menyadari bahwa dirinya hanya seorang tukang becak yang tak bisa apa-apa dihadapan bapak yang lebih tinggi dan kuat daripada dirinya.

Melihat aksi arogan dari bapak tersebut kepada Samsul, orang-orang sekitar pun menatap tajam bapak itu seolah-olah mengecam keras tindakannya. Salah satu orang yang memerhatikan sempat menegur bapak itu agar tidak bersikap arogan sebab menurutnya masalah mobil lecet hanya persoalan kecil. "Mohon maaf Ini ada masalah apa ya?", pungkas salah satu orang yang mengamati bapak pemilik mobil dan pemuda tukang becak yang sedang kemalangan. 

Kemudian bapak itu menjelaskan kepada orang itu bahwa becak milik Samsul menyenggol mobilnya dan membuat goresan lecet sepanjang kurang lebih 15 cm namun lecetnya tidak begitu nampak, hanya seperti benang putih yang ditempel kepermukaan besi merah polos mobil si bapak tadi. "Becak anak ini sudah biki lecet mobil saya", jawab bapak pemilik mobil. Setelah melihat goresan kecil pada mobil itu, lelaki tua membalas, "Wah, ini tidak jadi masalah besar pak" pungkas laki-laki tua yang seolah membela Samsul. 

Sambil menunjuk arah lecet itu, laki-laki tua lanjut berkata, "kalau seperti ini bisa di akali pake pylos kembali pak" ujarnya memberi solusi kepada bapak yang mobilnya lecet. Lalu bapak tersebut termenung sejenak, memikirkan solusi yang diberikan lelaki tua tadi, Barangkali ia menerima solusi yang diberikannya. 

Setelah memikirkan sejenak akhirnya Bapak pemilik mobil itupun mengikhlaskan kejadian itu. "Oke iya sudah, lain kali memarkirkan becak harus lebih hati-hati lagi yaa", pungkas bapak pemilik mobil kepada Samsul dengan nada yang agak lembut. "Baik pak, terima kasih atas pengertiannya. Lain kali saya akan lebih berhati-hati", jawab Samsul dengan perasaan leganya. Kemudian bapak dan Samsul pun saling berjabat tangan sebagai bentuk damai dua belah pihak. Menyadari masalah yang dihadapi tersebut sebetulnya bukan karena faktor kesengajaan dan akhirnya mereka pun berdamai.  

Posting Komentar

0 Komentar