John Maynard Keynes (1883–1946) merupakan seorang ahli ekonomi Inggris yang terkenal dengan teori “Keynesian”-nya. Teori ini menjadi model ekonomi standar di negara-negara maju pada masa Great Depression (1929–1930), Perang Dunia II (1939–1945), dan ekspansi ekonomi pasca perang (1945–1973).
Keynes pertama kali mengemukakan Teori Keynesian secara resmi pada tahun 1936 dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”. Buku ini mampu menjelaskan penyebab terjadinya depresi ekonomi besar-besaran yang tidak berhasil dijawab oleh metode klasik dan neo klasik.
Pada intinya, teori Keynes mengatakan bahwa permintaan agregat diukur sebagai jumlah pengeluaran rumah tangga, bisnis, dan pemerintah merupakan kekuatan pendorong terpenting dalam ekonomi. Teori ini beranggapan bahwa konsumsi yang dilakukan oleh seseorang akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada suatu perekonomian yang sama.
Dalam kata lain, apabila seseorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini lah yang terus berlanjut dan menjaga perekonomian berjalan secara normal. Ketika terjadi kemunduran ekonomi global tahun 1929-an, masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan uangnya.
Berdasarkan teori Keynes, reaksi tersebut justru menyebabkan berhentinya siklus perputaran uang sehingga mengakibatkan lumpuhnya perekonomian.
Lebih lanjut, Keynes menegaskan bahwa sektor ekonomi swasta atau pasar bebas tidak memiliki mekanisme penyeimbangan sendiri sehingga tidak selalu menghasilkan ekonomi yang efisien. Oleh karena itu, para ekonom Keynesian membenarkan intervensi pemerintah melalui kebijakan publik yang bertujuan mencapai ketenagakerjaan dan stabilitas harga.
Kebijakan publik ini antara lain kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan moneter berfokus pada kontrol pemerintah terhadap ketersediaan uang: terlalu sedikitnya uang dapat menghambat aktivitas ekonomi sedangkan terlalu banyak uang yang beredar menyebabkan inflasi.
Salah satu solusi kebijakan moneter adalah melalui bank sentral yang menentukan suku bunga sektor perbankan. Sementara itu, kebijakan fiskal mengatur tentang pengeluaran pemerintah dan kebijakan anggaran (pajak). Pada dasarnya, dua kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat melalui naiknya permintaan, berkurangnya pengangguran, dan penurunan deflasi.
Contohnya, penurunan suku bunga perbankan dapat menarik masyarakat untuk dapat meminjam uang dan mendorong konsumsi. Contoh lainnya, penyerapan tenaga kerja dan kebutuhan barang dan jasa dari sektor swasta dan perorangan akan meningkat ketika adanya proyek pemerintah, misalnya melalui pengadaan infrastruktur.
Baca juga: Puisi, "Menanti" Oleh: Eka Rahmawati
Lalu, apakah Keynesian menampik anggapan klasik mekanisme pasar bebas laissez faire-laissez passer segala kegiatan ekonomi diserahkan ke pasar bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan tanpa campur tangan pemerintah? Sebenarnya, Keynes tidak serta merta menolak anggapan kaum klasik tersebut.
Menurut Keynesian, intervensi pemerintah dalam aktivitas ekonomi hanya diperbolehkan ketika mekanisme pasar mengalami kegagalan. Keynes menilai bahwa mekanisme dengan membiarkan terus aktivitas produksi secara bebas akan menciptakan penawaran produk yang berlimpah, sehingga terjadi akumulasi penawaran.
Kemudian, dengan terus mendorong aktivitas produksi tidak menjadikan daya beli masyarakat meningkat. Salah satu kutipan Keynes, “Dalam jangka panjang kita akan mati! (In the long run we’re all dead!)” menunjukkan pandangannya bahwa akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menuju keseimbangan dan nol pengangguran apabila hanya menunggu mekanisme pasar.
Referensi:
https://medium.com/cerita-publik/seri-cendekia-02-john-maynard-keynes-53419701a33e
Penulis: Dewi Rezkiana (90300118108)
Editor: Abdullah
0 Komentar
Beri komentar masukan/saran yang bersifat membangun